Aku cepat-cepat keluar dari kolam renang, menuju di mana tempat handuk berada. Aku memilih yang berbentuk kimono. Lantas masuk menuju kamar. Bagaimanapun juga, aku terus memikirkan perkataan Mas Aqsal. Apa yang akan dilakukannya untuk menghukumku? Jangan-jangan, ah, itu tidak boleh terjadi. Aku sekali disentuh Mas Aqsal dan aku pastikan itu tidak akan terulang lagi. Biarlah kebutuhan biologinya dipenuhi oleh Dinda saja. Sebab sungguh perlakuannya membuat trauma. Aku tidur di kamar Mama, semoga dia tidak senekat itu melakukannya. ** Beberapa hari sejak Mas Aqsal pergi yang katanya gudang kebakaran itu, kami jarang bertemu meski tinggal serumah. Ancamannya kala itu juga tidak terbukti. Mungkin karena aku berlindung di kamar Mama. Aman. “Mas Aqsal nggak pernah pulang, ya. Mbak Sa?” tany