Lea benar-benar tak percaya dengan apa yang ia lihat dihadapannya. Di hadapannya benar-benar Barra laki-laki yang sebentar lagi menjadi suaminya sedang berjalan dengan seorang wanita hamil.
"Barra ngapain kamu disini? Dan siapa wanita ini?" tanya Lea kaget dengan situasi saat ini.
Barra tampak sangat kaget ketika di depannya ada Lea yang sedang menatapnya.
"Aku bisa jelasin semuanya tapi gak sekarang. Aku harus antar Cintia pulang dulu," kata Barra tidak bisa berkata apa-apa.
"Aku mau dengar penjelasan kamu sekarang," kata Lea menuntut.
"Maaf Le aku gak bisa kasih penjelasan sekarang. Nanti aku hubungin kamu lagi dimana dan kapan kita bicara. Aku harus pulang sekarang karena Cintia lagi gak enak badan. Aku pergi dulu Le," kata Barra yang sudah pergi meninggalkan Lea sendirian.
"Barra," panggil Lea dengan berteriak.
Tapi sepertinya Barra tak menggubris panggilan Lea karena ia terus berjalan bersama wanita yang bernama Cintia itu. Hati Lea hancur berkeping-keping ketika Barra lebih memilih wanita itu daripada dirinya. Lea pun hanya bisa menangis sampai-sampai ia terduduk karena badannya serasa lemas melihat kenyataan ini. Dan ketika ia merasa hancur seperti ini ada seorang laki-laki yang memeluknya erat.
"Its ok i'm here," kata Edgar yang sudah memeluk erat Lea.
Lea melihat dirinya di cermin. 1 jam lalu Barra menghubunginya bahwa ia ingin bertemu dengannya di sebuah restoran yang tak begitu jauh dari tempat dirinya menginap. Dan sekarang Lea sedang bersiap untuk mendengar penjelasan yang akan Barra sampaikan padanya. Ia harus siap mendengar apapun semua penjelasan dari Barra walaupun itu hal yang paling buruk sekalipun.
"Kamu kuat Lea," kata Lea menyemangati dirinya sendiri.
Untuk terakhir kalinya Lea melihat penampilan dirinya di cermin. Ia begitu sangat cantik. Memakai dress selutut dengan motif bunga-bunga serta rambutnya ia biarkan terurai. Serta ia sedikit memoles wajah cantiknya dengan make up yang sangat natural. Lea pun segera mengambil tasnya dan bergegas keluar untuk menuju restoran dimana tempat ia dan Barra janjian. Ketika ia membuka kamar hotelnya, ia kaget karena di depannya tampak Edgar yang seperti biasa terlihat sangat tampan.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Lea bingung dengan kehadiran Edgar.
"Aku cuma mau lihat keadaan kamu," kata Edgar dengan wajah yang cemas.
"Aku baik-baik aja. Dan please jangan campurin urusan aku. Aku tahu apa yang harus aku lakuin," kata Lea pada Edgar.
"Kamu mau kemana?" tanya Edgar penuh selidik.
Edgar melihat penampilan Lea seperti biasa sangat cantik. Ia tahu Lea pasti akan menemui tunangannya. Dan itu membuat Edgar tidak suka.
"Bukan urusan kamu. Kalau gak ada yang mau diomongin aku permisi," kata Lea bersiap untuk pergi.
"Kamu mau menemui laki-laki b******k itu," kata Edgar menahan emosinya.
"Itu bukan urusan kamu. Dan satu hal yang harus kamu ingat kalau kita tak punya hubungan apa-apa. Jadi jangan pernah ikut campur dengan semua hal yang aku lakuin," kata Lea yang menyentakkan tangan Edgar yang memegang tangannya.
Lea pun segera berjalan meninggalkan Edgar yang masih terpaku di depan kamar hotel milik Lea karena secara langsung apa yang Lea katakan benar. Ia tak punya hubungan apa-apa dengan Lea. Tapi sepertinya kata-kata Lea tak begitu menyurutkan tekadnya untuk tetap menjadikan Lea miliknya. Edgar selalu menanamkan pada dirinya jika sampai kapanpun Lea adalah miliknya. Dan ia akan menjauhkan laki-laki b******k itu dari kehidupan Lea.
Edgar pun segera pergi dari sana dan bergegas pergi untuk mengikuti Lea.
Sementara itu di sebuah restoran tampak seorang laki-laki tampan dan dewasa sedang asyik duduk sambil meminum kopi miliknya. Dan sudah 15 menit ia berada di restoran ini untuk menunggu kedatangan tunangan yang 2 tahun terakhir sudah menemani harinya dan orang itu adalah Barra. Barra sedang menunggu kedatangan Lea. Ia juga sedang berpikir tentang penjelasan apa yang akan ia sampaikan pada Lea. Ketika sedang berpikir dari jauh datang seorang wanita yang seperti biasa terlihat sangat cantik. Bahkan sepanjang ia berjalan tak sedikit laki-laki yang menaruh kekaguman pada dirinya. Karena malam ini ia terlihat begitu cantik. Dan wanita itu adalah Lea.
"Sorry telat," kata Lea datar.
"Gak pa-pa kok aku juga baru sampai. Kamu mau pesan apa?" tanya Barra masih bersikap manis pada Lea.
"Orange juice aja,"jawab Lea yang lagi-lagi datar.
Barra tahu ada rasa kesakitan di pelupuk mata Lea. Ia tahu rasa sakit itu karena ulahnya. Barra pun segera memesankan orange juice untuk Lea. Dan selama mereka menunggu pesanan mereka sama-sama diam seribu bahasa.
"Ini orange juicenya. Ada pesanan yang lain?" tanya sang pelayan.
"Kamu mau pesan yang lain?" tanya Barra pada Lea.
"Gak usah ini aja," jawab Lea cepat.
"Cukup ini aja mbak. Nanti kalau kami mau pesan lagi kami panggil mbaknya lagi," kata Barra pada pelayan itu.
"Baik. Selamat menikmati," kata sang pelayan.
Pelayan itu pun pergi dan suasana jadi awkard lagi. Lea yang merasa ga nyaman dengan situasi ini langsung membuka pembicaraan. Ia hanya ingin semuanya clear. Jika memang hubungannya dengan Barra harus berakhir maka ia akan menerimanya.
"Aku gak mau basa-basi lagi. Aku datang kesini mau dengar penjelasan kamu. Jadi kita langsung aja," kata Lea to the point.
Barra tahu benar bagaimana sifat perempuan yang ia cintai di depannya. Perempuan ini tak suka basa-basi. Dan ia paling benci yang namanya kebohongan. Jadi Barra akan bersiap untuk menceritakan semuanya pada Lea.
"Ok aku akan kasih penjelasan sama kamu. Yang pertama perempuan yang kamu temuin kemarin adalah Cintia dia istri aku," kata Barra memulai penjelasannya.
Wajah Lea kaget ketika Barra mengatakan bahwa perempuan hamil kemarin adalah istrinya. Hatinya hancur berkeping-keping mendengar itu semua. Jadi selama ini Barra selingkuh di belakangnya.
"Jadi kamu selingkuh di belakang aku?" tanya Lea dengan penuh emosi.
"Maaf Le. Sebenarnya aku juga gak mau ini terjadi tapi ini kemauan orang tua aku untuk menikahi Cintia. Kamu tahu sendiri jika orang tua aku tidak menyetujui hubungan kita. Jadi mereka mengancam aku jika tidak mau menikahi Cintia maka aku akan di coret dari ahli waris mereka," kata Barra memberi penjelasan.
Lea seakan tertampar mendengar penjelasan dari Barra. Bisa-bisanya karena takut tak mendapatkan warisan Barra memilih untuk menikahi wanita yang dijodohkan oleh keluarganya daripada dirinya. Lea tahu sejak awal keluarga Barra tidak setuju jika anaknya menjalin hubungan dengan dirinya. Mereka beralasan jika dirinya tak pantas bersanding dengan Barra. Barra yang masih memiliki darah biru begitu menjunjung adat istiadat. Bahkan soal pasangan hidup pun harus sesuai dengan kriteria mereka. Sedangkan Lea yang seorang yatim piatu dan tak memiliki kekayaan yang bisa di banggakan, langsung di tolak mentah-mentah oleh keluarga Barra.
Lea pun sudah berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan keluarga Barra tapi tetap saja mereka melihat Lea sebelah mata. Dan secara terang-terangan menolak dirinya.
"Tapi kamu tenang aja setelah Cintia melahirkan aku akan memceraikan dia dan kita bisa menikah," kata Barra menambahkan.
"Plakkkk"
Sebuah tamparan mendarat di pipi Barra. Barra pun shock mendapat sebuah tamparan dari Lea. Ia tak menyangka Lea akan melakukan itu.
"Aku gak nyangka kamu benar-benar laki-laki b******k. Aku menyesal udah mengenal kamu selama ini. Dan membuang banyak waktuku untuk mencintai laki-laki b******k seperti kamu. Hubungan kita berakhir dan jangan pernah menemui ataupun menghubungi aku lagi. Dan aku kembalikan cincin pertunangan kita," kata Lea melepas cincin pertunangannya.
Dengan air mata yang sudah menetes, Lea pun bersiap untuk pergi. Ia begitu muak melihat laki-laki b******k yang yang pernah ia cintai lebih dari 2 tahun terakhir. Ketika akan pergi tangannya di genggam oleh Barra.
"Le please jangan putusin hubungan kita. Aku masih sangat mencintai kamu. Aku tahu aku salah tapi aku ga punya cara lain selain melakukan hal ini. Orang tua aku ingin seorang cucu jadi aku terpaksa harus menikah dengan Cintia. Tapi setelah anak aku lahir aku akan pergi dari dia dan kembali ke kamu," kata Barra dengan wajah yang memelas.
"Lepasin tangan aku apa aku teriak. Aku udah bilang hubungan kita berakhir," kata Lea emosi.
"Aku gak akan pernah lepasin kamu. Kamu selamanya cuma milik aku," kata Barra keras kepala.
"Lepasin tangan kamu dari Lea," kata seorang laki-laki dengan suara yang penuh amarah.
"Edgar," panggil Lea ketika tahu laki-laki itu adalah Edgar.
"Apa kamu tuli. Lea sudah bilang jika hubungan kalian berakhir jadi lepasin dia sekarang," kata Edgar dengan sorot mata tajamnya.
"Siapa kamu? Kamu tak punya hak untuk disini. Dan jangan ikut campur dengan urusan kita," kata Barra tak suka dengan Edgar.
"Saya Edgar Khyle laki-laki yang akan selalu melindungi dan menjaga Lea. Dan saya tidak akan membuat Lea bersedih ataupun menangis. Saya akan selalu memberi kebahagian untuk Lea dan menjauhkan Lea dari laki-laki b******k seperti anda," Jawab Edgar dengan tegas.
Lea shock mendengar kata-kata yang Edgar bicarakan barusan. Edgar terlihat sangat dewasa walaupun usianya jauh lebih muda daripada dirinya.
"Ternyata bukan aku yang selingkuh tapi kamu juga selingkuh di belakang aku. Aku gak nyangka di balik wajah kamu yang polos ternyata lebih jalang daripada yang aku tahu. Apa dia lebih bisa muasin kamu daripada aku?" Kata Barra melecehkan Lea
"Bughhhh"
Sebuah tonjokan keras mendarat di wajah Barra. Dan yang melakukannya adalah Edgar. Edgar benar-benar marah mendengar kata-kata yang Barra ucapkan pada Lea. Ia tak bisa terima wanita yang ia cintai direndahkan oleh orang lain.
"Ed stop.l," kata Lea mencoba perkelahian antara Edgar dan Barra.
Edgar yang mendengar Lea menyuruhnya berhenti. Ia pun berhenti.
"Ed stop jangan ladenin laki-laki b******k itu. Please antar aku pulang," pinta Lea dengan wajah yang sedikit pucat.
"Ok aku antar kamu pulang," kata Edgar yang sudah menarik Lea dalam pelukannya.
"Dengar Barra aku gak peduli kamu berpikiran apa tentang aku tapi aku mau hubungan kita berakhir. Terima kasih buat semuanya," kata Lea yang sudah menangis di pelukan Edgar.
Mereka pun pergi meninggalkan Barra yang masih marah di restoran itu.
"Sampai kapanpun kamu adalah milikku Le. Dan aku akan pastikan kamu akan jadi milikku," kata Barra dengan senyum devilnya.
Happy reading......