Jam baru menunjukkan pukul 6 pagi ketika Lea baru saja selesai mandi. Sudah menjadi kebiasaan Lea untuk selalu bangun pagi. Jadi ia akan tetap bangun pagi walaupun ia sedang berlibur seperti saat ini.
Lea duduk di depan meja rias di kamar itu sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah. Handuk saja yang menutupi tubuh telanjang Lea. Hampir setengah jam lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan rambutnya. Ia pun segera mengganti bajunya karena ia tak ingin pergi terlalu siang. Bila perlu ia akan pergi sendiri tanpa perlu Edgar harus mengantarnya. Ia membuka tas yang ia bawa dan ia memilih jumpsuit warna biru dengan model tanpa lengan. Sehingga dapat terlihat bahu putih Lea.
Lea juga tak terlalu memoles wajahnya dengan banyak make up. Cukup bedak dan lipstik saja yang ia gunakan. Rambut panjangnya ia kepang dan itu membuatnya jauh lebih muda dari usianya. Ia melihat tampilan dirinya di cermin untuk terakhir kalinya. Dan ia puas dengan penampilannya saat ini. Ia pun bergegas untuk membereskan semua barang yang ia bawa dan pergi dari rumah Tante Wina sebelum Edgar bangun. Ia akan pergi tanpa Edgar tahu. Ia tak ingin lebih dekat dengannya. Ia akan tetap pada rencana awalnya kalau ia akan keliling Bali seorang diri.
Lea pun bergegas keluar dari kamar dan akan berpamitan dengan Tante Wina. Ia pun berjalan ke dapur karena ia yakin Tante Wina pasti sudah ada disana jam segini.
Ketika sampai di dapur ia tak melihat Tante Wina berada di sana. Yang ada hanya beberapa pelayan yang sedang sibuk membersihkan rumah.
"Bik Tante Wina dimana ya?" tanya Lea pada pelayan disana.
"Maaf Nona. Nyonya sepertinya belum bangun. Mungkin nyonya kelelahan gara-gara acara semalam. Jadi belum bangun sampai sekarang," jawab sang pelayan ramah.
"Oooo gitu. Kalau Edgar udah bangun belum?" tanya Lea lagi.
" Wah kalau tuan muda saya kurang tahu sih non. Tapi biasanya tuan muda kalau jam segini sering olahraga dulu di gym rumah ini. Tapi dari tadi saya belum ngelihat tuan muda ada di tempat gym. Jadi mungkin masih tidur. Emang ada apa non?" tanya pelayan itu yang penasaran dengan sosok Lea yang menanyakan banyak hal pada dirinya.
"Ga papa bik saya hanya tanya aja. Oya bik nanti kalau Tante Wina udah bangun bilang kalau saya udah balik ke hotel duluan. Saya ada urusan mendadak jadi harus pulang sekarang," pesan Lea pada pelayan itu
"Kenapa non gak langsung bilang ke nyonya aja. Non bisa langsung ke kamar nyonya," kata pelayan itu memberi saran.
"Ga usah bik. Saya gak mau ganggu Tante Wina. Nanti bibik sampaikan aja pesan saya. Kalau gitu saya pamit dulu ya bik," kata Lea berpamitan.
Dengan cepat Lea pergi dari sini sebelum ia bertemu dengan Edgar. Lagian dia juga udah telpon taxi untuk menjemputnya.
Dari jauh Lea sudah melihat taxi yang ia pesan. Ia sedikit bernafas lega ketika ia berhasil pergi dari rumah Tante Wina tanpa harus bertemu dengan Edgar. Senyum terlihat di wajah cantiknya. Setidaknya ia akan menikmati sisa liburannya di Bali dengan rileks tanpa harus ada gangguan.
Tiba-tiba senyum yang terlihat dari wajah Lea memudar ketika dari jauh tampak seorang pria tampan yang mengenakan celana pendek cream dan polo shirt warna putih berdiri di samping taxi yang Lea pesan dengan tatapan tajam ke arah Lea. Tatapan tajam itu seakan menusuk hingga ke jantungnya. Tak ada ekspresi sama sekali dari wajah pria itu. Dan pria itu adalah Edgar Khyle.
Dengan langkah perlahan Edgar berjalan ke arah Lea yang masih diam terpaku ketika melihat Edgar berjalan ke arahnya bak model yang sangat tampan.
"Mau coba kabur?" tanya Edgar dengan suaranya yang tajam.
Wajah Lea langsung berubah masam dan bad mood karena ia ketahuan kabur oleh Edgar. Jadi sepanjang jalan ia tak berbicara sepatah katapun dengan Edgar. Ia benar-benar merasa bodoh karena bisa-bisanya ia ketahuan. Jadi mau tak mau Lea mengikuti kemana Edgar membawanya hari ini. Ia akan pasrah saja mau di bawa kemana sama Edgar. Kalau dia mau membantah pasti tak akan mempan. Karena Lea tahu sifat Edgar yang tidak suka di bantah. Jadi untuk hari ini ia akan berdamai dengan Edgar. Tapi Lea kembali berpikir memang siapa Edgar? Dia tidak punya hak untuk mengatur hidupnya. Karena memang mereka tak punya hubungan apa-apa. Jadi bodoh amat dengan keberadaan Edgar saat ini. Ia hanya ingin pergi dari sini dan menikmati sisa liburannya seorang.
"Itu bukan urusan kamu? Aku mau pergi ataupun tidak. Kayaknya gak penting juga buat kamu," kata Lea masa bodoh.
Lea pun kembali berjalan menuju taxi yang ia sudah pesan. Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, Edgar sudah menggendongnya seperti karung beras dan berjalan ke arah mobil milik Edgar yang tak jauh dari sana.
"Turunin aku! Kamu mau bawa aku kemana?" tanya Lea yang berusaha memberontak.
Edgar tak menjawab pertanyaan dari Lea. Ia pun hanya mendudukkan Lea di kursi mobilnya sebelumnya ia berjalan cepat ke sisi kursi pengemudi dan tak berapa lama mobil pun berjalan meninggalkan rumah miliknya.
"Kenapa sih aku harus berurusan sama Edgar lagi? Apa gak bisa dia jauh-jauh dari hidup aku? Dia benar-benar ngerusak hari aku sekarang. Dan yang pasti ia udah ngerusak liburan aku," kata Lea dalam hati.
Edgar yang sedang menyetir sesekali melihat ke arah Lea yang sepertinya sangat marah padanya. Tapi Edgar ga akan peduli. Mau Lea marah ataupun tidak yang ia tahu ia tak ingin Lea pergi dari hidupnya dan ia akan memastikan Lea menjadi miliknya.
Mobil yang Lea dan Edgar berhenti di sebuah coffe shop.
"Kita minum kopi sama sarapan dulu. Aku tahu kamu tadi belum sempat sarapan. Setelah sarapan aku akan antar kamu kemanapun kamu pergi." Kata Edgar berbicara pada Lea
Lea pun ikut turun dari mobil untuk sarapan pagi. Mereka pun sudah memesan sarapan mereka masing-masing. Lea memilih hot chocolate karena dia tidak bisa minum kopi dan sandwich. Sedangkan Edgar memesan BlackBerry coffe dan sandwich.
"Kenapa sih kamu selalu ngejar-ngejar aku? Aku kasih tahu ya aku tuh udah punya tunangan dan sebentar lagi aku juga mau nikah jadi mending kamu cari cewek lain aja," kata Lea sambil menunjukkan cincin di jarinya.
"Aku gak peduli. Aku akan rebut kamu dari dia. Lagian kalian baru tunangan belum menikah. Jadi aku masih punya kesempatan buat jadiin kamu istri aku. Kamu lihat aja nanti," kata Edgar sambil meminum kopinya.
"Kamu tuh emang susah dibilangin. Kamu kan bisa cari pacar lain. Dan aku yakin di luar sana banyak cewek centil yang bakalan suka sama aku. So mending kamu batalin niat kamu aja sana," kata Lea mencoba berbicara baik-baik dengan Edgar.
"Gak. Kita lihat aja nanti kamu pasti jadi milik aku." Edgar dengan tatapan penuh ambisi menatap Lea lekat.
"Terserah aku gakpeduli," kata Lea menyerah.
Lea pun menyibukkan diri dengan meminum hot chocolate miliknya dan sandwich yang ia pesan tadi. Ia tak peduli lagi dengan adanya Edgar disana. Pokoknya setelah ini ia akan balik hotel dan soal jalan-jalan bisa ia pikirkan nanti.
Ketika sedang asyik meminum hot chocolate miliknya, dari arah parkiran ia melihat Barra disana bersama seorang perempuan yang sedang hamil. Dan Lea tak kenal siapa perempuan itu.
"Barra," panggil Lea yang langsung berjalan ke arah Barra.
Dengan hati-hati ia. Berjalan ke arah seorang laki-laki yang mirip dengan Barra sedang memasukkan beberapa barang belanjaan disana. Kebetulan coffe shop ini bersebelahan dengan supermarket. Ketika mulai mendekat Lea pun mencoba memanggil Barra.
"Barra," panggil Lea
Laki-laki yang Lea pikir itu Barra berbalik ke arah orang yang memanggilnya. Dan ketika berbalik bertapa kagetnya Lea kalau laki-laki itu adalah Barra.
"Lea," kata Barra tampak shock berat.
Hmmm wah ketemu sama Barra nih? Kira-kira gimana kelanjutan kisah Lea selanjutnya..?
So see you next chapter ya.
Happy reading