Bukan Luka tapi Derita

1382 Kata

Sinar mentari pagi ini membuatku membuka mata, dia yang terlelap di lantai yang dingin dekat pintu. Dia duduk, bukan rebahan, dia terjaga walau matanya tertutup. Aku ingin sekali tersenyum dan bahagia karena ada dia di sana, tapi tidak. Dia di sini karena dia mau bertanggung jawab akan perasaan bersalahnya. Bahkan aku tidak ingat, kesalahan apa yang ia perbuat padaku, hingga membuatnya sampai begitu. Dia membuka mata, mata yang sama, serupa dengan manik mata yang kukagumi setiap harinya. Mata itu tak pernah berubah, masih menatapku hangat, dan penuh kasih sayang. “Cia!” ujarnya. Dia yang kini berdiri dan berjalan menuju ke arahku, mengulurkan tangan yang langsung kutepis dengan cepat. Aku tak butuh dikasihani, yang aku butuhkan hanyalah dia yang mencintaiku apa adanya. “Kenapa?” tanya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN