“Aku menyadarinya, tidak akan ada hidup yang selalu bahagia, karena setiap kehidupan pasti selalu mengenal luka.” *** Seminggu sejak kejadian itu berlalu, luka yang dibuat Rena dileherku sudah sembuh dan memar-memar yang didapatkan Azka, Rizki, dan Reyhan pun sudah menghilang tak berbekas. Yang tersisa hanyalah tubuh Shuichi yang terbaring lemah di rumah sakit. Setiap hari kami akan menjenguknya, melihat dia di sore hari sewaktu pulang sekolah. Aku dengan Reyhan, dan juga Putri yang entah kenapa selalu datang sendirian akhir-akhir ini. Cewek itu banyakan diam sekarang, tidak banyak kata terucap dari bibirnya dalam satu hari. Bahkan aku juga mendengar, bahwa dia sama Rizki lagi berantem besar-besaran. Lalu Reyhan, laki-laki yang kini berjalan di depanku dan mengabaikanku begitu saja.

