"Maaf, aku belum merapikan kamar karena tidak tahu Anda akan pulang lebih cepat."
"Kerjakan sekarang!" Calvin masih duduk di sofa. "Ganti semua seprai serta selimutnya!"
"Ya!"
Talisa mengangguk dan segera pergi ke kamar Calvin tanpa memiliki pikiran macam-macam. Talisa lega karena sepertinya Calvin memang tidak tahu jika dia baru dari halaman belakang, Calvin benar-benar cuma ingin mengembalikan ponsel jelek miliknya. Nampaknya Talisa Lupa jika Calvin telah menanamkan pelacak. Jangankan Talisa yang cuma berkeliaran di halaman belakang, kemana Talisa pergi seharian kemarin, Calvin juga bisa tahu.
Talisa lekas mengganti seprai, sarung bantal dan selimut. Talisa baru menarik ujung seprai bagian atas kepala ranjang ketika tangannya tidak sengaja menyentuh benda bergemerisik seperti plastik.
"Oh!"
Talisa terkejut melihat bekas bungkus alat kontrasepsi pria yang sudah kosong. Walaupun sudah dua puluh empat tahun Talisa tetap geli dan merinding. Talisa memang payah, sampai sebesar ini saja belum pernah ada yang berani mencium pipinya karena terkenal galak sejak di bangku sekolah dasar.
Buru-buru Talisa menyelesaikan pekerjaannya agar bisa secepatnya pergi. Tapi saat Talisa keluar, Ternyata Calvin sudah tidak ada di manapun.
"Sepertinya dia sudah pergi lagi." Talisa bicara sendiri.
Diam-diam Talisa jadi penasaran, siapa wanita yang bersama Calvin Alexander. Mungkin wanita yang sudah dia kubur di halaman belakang, atau wanita yang menulis kartu ucapan ulang tahun.
"Ah, masa bodoh!" Talisa bicara sendiri lagi sambil mengibaskan kepala.
Talisa tidak perduli dengan apapun yang di lakukan Calvin, dia di situ cuma untuk bekerja. Karena semua pekerjaannya sudah selesai, Talisa berniat untuk langsung pulang. Talisa baru keluar dari pintu samping, dan tiba-tiba menjerit histeris.
Talisa berlari panik sampai tidak memperhatikan lobang.
"Ao...!" Talisa menjerit lagi, kakinya terperosok dan terkilir.
Talisa bangkit dari posisi tertelungkup, dia tidak menduga ternyata Calvin masih ada di rumah, pria itu berlari keluar dari pintu garasi.
"Kenapa denganmu?" Nampaknya Calvin juga terkejut.
"Tikus!" Talisa menunjuk ke arah parit. "Ada tikus besar menabrakku!"
Sebenarnya Talisa cuma hampir ditabrak oleh tikus yang sama-sama terkejut karena melihatnya tiba-tiba keluar dari pintu samping.
"Dia melompat ke parit!" Talisa masih sangat serius menunjuk tikusnya dengan wajah pucat berkeringat dingin.
Walaupun tidak takut setan dan tukang begal, ternyata Talisa takut tikus. Mahluk gendut berbulu jelek itu berlari mondar-mandir di bawah jeruji besi penutup parit saluran hujan. Saat itu juga Calvin mengambil linggis dari garasi untuk digunakan menghantam tikus.
"Oh, Tuhan!" Talisa sampai membekap mulutnya.
Calvin benar-benar menikam tepat ke bagian leher tikus. Hanya dengan satu kali hantaman tepat sasaran mahluk malang itu samasekali tidak bisa lolos, suara kecilnya berdecit pilu sampai lenyap meregang nyawa mengenaskan. Walaupun cuma sedang membunuh tikus, cara Calvin melakukannya tetap seperti psikopat sadis.
"Baju Anda kotor." Talisa melihat percikan darah induk tikus yang baru Calvin bantai mengenai lengan kemejanya.
Calvin tidak menghiraukan, dia justru memperhatikan kaki Talisa.
"Bagaimana kakimu?"
Kaki Talisa masih terperosok dengan b****g terduduk miring di atas rumput.
"Mungkin kakiku terkilir."
"Kau harus ke rumah sakit!"
"Oh, tidak!" Talisa buru-buru menggeleng. "Aku cuma terkilir, cukup ke tukang urut saja."
Calvin terlihat bingung, mungkin dia tidak tahu kemana mencari tukang urut.
"Ada tukang urut di samping rumahku, nanti aku akan ke sana."Talisa lanjut menjelaskan bila dia bisa mengatasi sendiri.
"Apa kau masih bisa berdiri?" Calvin melempar tatapan ragu.
Sebenarnya Talisa juga belum yakin. Tepat ketika Talisa coba untuk berdiri dia memekik lagi.
"Ao!"
Untung Calvin langsung sigap melompat untuk menangkap pinggang Talisa. Talisa terkejut merasakan lengan kokoh pria yang tiba-tiba sudah memeluk pinggangnya. Calvin memang bergerak sangat cepat dan cekatan, kalau tidak, pasti kali ini b****g Talisa sudah kembali terpental di tanah.
"Oh, maaf ..." Talisa merasa tidak enak dengan Calvin yang harus menahan berat tubuhnya.
"Kita ke rumah sakit!"
Calvin langsung membopong tubuh Talisa untuk dia bawa pergi. Talisa masih menahan nyeri luar biasa tapi tetap sangat canggung. Mereka jadi saling merekat, d**a pria itu hangat dan tubuhnya sangat harum.
Talisa benar-benar dibawa ke UGD cuma gara-gara tabrakan dengan tikus got. Kecelakaan yang samasekali tidak elit. Pergelangan kaki Talisa agak tergores merah dan sudah mulai membengkak besar.
"Kami akan segera menanganinya Anda tidak perlu cemas."
"Periksa semua cideranya!" Tarnyata Calvin tetap suka memberi perintah di manapun. "Rontgen seluruh tulang kakinya!"
Dokter yang menangani Talisa terus mengangguk patuh. Menurut Talisa Calvin sangat berlebihan. Tapi Talisa tidak berani protes dan hasilnya Talisa memang mendapatkan full perawatan terbaik. Talisa juga mendapatkan kamar perawatan layaknya kamar hotel bintang lima.
"Kakiku sudah jauh lebih baik." Talisa memberitahu Calvin. "Sudah tidak terlalu nyeri."
Calvin melihat Talisa memutar pergelangan kakinya, tapi tidak berkomentar apa-apa. Dari tadi pria itu juga cuma terlihat duduk di sofa sambil memperhatikan layar ponsel yang sedang dia tekuni.
"Terimakasih." Talisa tetap memberi senyum tulus untuk rasa terimakasihnya. "Aku juga sudah bisa pulang sendiri, Anda tidak perlu menunggu lagi."
"Kau akan pulang bersamaku!" Calvin langsung menatap Talisa dengan tegas. "Kau sedang menjadi istriku!"
Calvin masih menunggu karena tidak mungkin meninggalkan wanita yang sedang menjadi istrinya berada di rumah sakit sendirian. Talisa saja yang tidak tahu jika rumah sakit besar itu juga milik Calvin Alexander, semua karyawan rumah sakit pasti mengenalnya.
Dokter yang tadi menangani Talisa kembali datang untuk memberitahu hasil pemeriksaan kaki Talisa.
"Kaki istri Anda baik-baik saja Mr. Alexander." Dokter itu juga tersenyum pada Talisa agar tidak perlu cemas. " Urat kakinya cuma terkilir, akan segera pulih bila peradangan nya telah mereda. Perawat akan kembali memberi suntikan, Anda juga bisa langsung membawa istri Anda istirahat di rumah."
"Terima kasih, Dokter"
Talisa yang berterimakasih karena Calvin tidak mengucapkan apa-apa sampai dokter itu permisi pergi. Mungkin sifat orang kaya memang sering lupa berterimakasih.
"Aku sudah bisa pulang." Talisa tetap tersenyum pada Calvin, dia merasa lega karena tahu tidak perlu menginap. 
"Apa boleh aku langsung pulang ke rumahku sendiri?" Talisa bertanya dengan hati-hati karena semakin mengenal sifat Calvin maka dia harus semakin waspada. "Ibuku akan cemas bila aku tidak pulang."
Lagi-lagi Talisa mengarang kebohongan mengenai keluarganya agar Calvin bersimpati.
"Aku cemas ibu juga belum mau makan karena menungguku."
"Akan kuantar!" Calvin langsung berdiri.
"Aku bisa naik taksi." Tentu Talisa tidak mau Calvin sampai ikut pulang ke rumahnya. "Ibuku juga akan bingung jika aku pulang dengan laki-laki."
Talisa tetap tidak kehabisan akal. "Aku juga harus menjaga banyak rahasia Anda."
"Kau bisa mengatakan aku supir taksi."
Talisa pikir Calvin cuma bercanda. "Ibuku tidak akan percaya." 
Ternyata Calvin tetap bersikeras mengantarkan Talisa pulang, tapi untungnya rumah Talisa terletak di dalam gang.
"Sampai sini saja, mobil Anda tidak akan bisa masuk." Talisa buru-buru keluar sebelum Calvin kembali mencegahnya. "Terima kasih Mr. Alexander." Talisa kembali mengintip dari jendela pintu. "Terimakasih untuk semuanya hari ini."
Calvin tetap tidak bicara apa-apa, dia cuma menatap Talisa bahkan sampai Talisa melambai pergi. Dalam hati Talisa merasa lega karena Calvin tidak ikut keluar untuk membuktikan ke rumahnya.
*****
Begitu sampai di rumah Talisa segera ingat untuk menambahkan kartu lamanya yang sore tadi dikembalikan oleh Calvin. Puluhan pesan langsung masuk bertumpuk-tumpuk. Salah satunya dari nomor asing tanpa nama.
[Aku ingin bertemu] bunyi pesan pertama yang dibaca Talisa.
[Simpan nomor teleponku]
[Daren]
Talisa bukan cuma langsung melotot, dia juga nyaris kembali menjatuhkan ponsel baru pemberian Calvin. Talisa menduga Daren mendapatkan nomornya dari tempat karaoke.
*********