Diam-diam Perhatian

1683 Kata

Pandangan Reinaldi tertuju pada layar CCTV kecil di sudut meja kerjanya. Di sana, terlihat Faiza baru saja kembali dari musholla, duduk tenang di mejanya, membuka laptop, dan menyesap pelan dari sebuah cup kopi dingin. Mata Reinaldi menyipit, fokus menatap logo coffee shop terkenal yang tertera di cup bening itu, kopi dengan label rasa gula aren. Dia menghela napas pelan, tubuhnya sedikit bersandar ke sandaran kursi kulit hitamnya. Tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja sambil bergumam lirih, “Jadi dia suka kopi gula aren…” Entah mengapa, informasi kecil itu terasa penting baginya. Ia mengingat bagaimana sebelumnya Angel selalu memesan kopi mahal dengan topping mewah yang tak pernah habis diminumnya. Tapi Faiza—dengan kesederhanaannya, hanya memesan kopi kekinian favorit kebanyakan orang,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN