Pintu apartemen tertutup rapat. Faiza baru saja hendak menata belanjaannya di dapur ketika suara berat Reinaldi menggelegar dari ruang tamu. “Kenapa kamu baru pulang?” Nada suaranya datar, tapi jelas menyimpan bara. Faiza menoleh pelan, wajahnya tetap tenang meski jantungnya berdentum cepat. “Aku mampir ke minimarket beli bahan makanan. Supaya ada yang bisa dimasak.” Reinaldi berjalan mendekat, langkahnya mantap. “Bukan itu yang aku tanyakan. Aku tanya kenapa kamu pulang dengan David?” Tatapannya menusuk, penuh kecurigaan. Faiza terdiam sejenak, lalu menarik napas panjang. “Aku tidak minta diantar. Dia hanya kebetulan ada di lobi, lalu menawarkan. Lagipula aku rekam semuanya dari awal sampai aku turun di sini. Supaya kamu tidak salah paham.” Ia mengeluarkan ponselnya, menunjukkan fold