“Kamu yakin tidak apa-apa aku tinggal?” Adit menatap ragu Nayla yang telah selesai membereskan isi kopernya. Dia packing dengan cukup rapi, membuat Adit tersenyum senang. “Cuma tiga atau empat hari kan kata Mas Adit?” “Aku usahain. Tapi bisa saja jadi satu minggu atau lebih.” “Gak apa-apa insya Allah. Semoga semua urusannya Allah mudahkan.” Adit mendesah. Kenapa sekarang malah dia yang berat meninggalkan Nayla seorang diri? Dia menatap gamang perempuan di hadapannya. Inikah yang dirasakan ayahnya dulu ketika kerap dinas keluar kota untuk beberapa lama meninggalkan keluarganya? “Ada apa?” Nayla menatap tak mengerti. Ada sorot berbeda yang tak ia pahami dari tatapan Adit. Adit menggeleng. “Kabari aku segera kalau ada apa-apa. Jangan bepergian sendiri. Dan jangan sembarang menerima tam