“Saya bantu apa, Bu?” Nayla turun ke dapur setelah solat maghrib. “Ibu tinggal cemplang-cemplung aja kok. Udah disiapin semua tadi sama Sari sebelum pulang. Kamu siapin meja aja.” Nayla mengangguk mengerti. Dia pernah beberapa kali makan malam bersama keluarga ini meski hanya dalam hitungan jari. Tapi ia cukup paham bagaimana wanita paruh baya itu mengaturnya dengan apik dan berkelas meski dengan menu yang sederhana. “Siapa yang masak?” Adit mengintip dari balik punggung Nayla saat ia sedang memindahkan sayur ke mangkuk. “Ibuk. Mas duduk aja sana.” Adit menurut. “Kamu besok harus traktir ibu sarapan di cfd lho, Mas,” sambung ibunya. “Adit ada ninggal sepatu olahraga enggak ya Bu?” Adit berlalu ke meja makan dan duduk di hadapan ayahnya. “Ada kadang ayah pakai tuh yang putih.” “Ya