Pagi itu seperti biasa, setelah mandi dan minum ASI, Zahra akan menempel pada ayahnya. “Yang, aku ada meeting sama direksi, kamu bisa jagain Zahra sebentar?” “Sini, Sayang, sama Bunda dulu. Ayah mau kerja sebentar ya,” Nayla meraih tubuh mungil Zahra ke dalam gendongannya. Tapi begitu Adit menghilang di lantai dua, gadis kecil itu menangis. “Ini anak penciumannya tajam sekali, bau ayahnya ilang langsung nangis. Ayo sama Eyang yuk,” kakeknya berusaaha menghibur, tapi bocah itu melengos enggan. “Bayi sebulan udah pinter merajuk.” Adit yang baru menyetting laptopnya untuk meeting online akhirnya turun kembali karena tak tega mendengar tangisan anaknya. “Sini, Yang, biar aku ajak meeting gak apa-apa.” “Nanti ganggu gimana?” “Enggak. Biasanya juga anteng aku sambi kerja.” Dan begitu berp