Pagi itu Dara masih memeluk guling yang ada di atas tempat tidur dengan mata terpejam seolah kedamaian tengah ia rasakan dalam tidurnya. Suaminya sudah bangun dan keluar dari kamar untuk menemui sang asisten. Bram memang sengaja membiarkan istrinya tidur lebih lama. Semalam keduanya tidak langsung tidur meski Bram sudah meminta Dara untuk segera istirahat. Tapi, nyatanya malah isak tangis yang kembali hadir walau dalam suara yang pelan. Bram tentu saja tak tenang. Ia sungguh marah dengan keadaan yang tengah Dara alami dan rasakan. Dirinya memang baru mengenal perempuan itu belum lama, tetapi tak satu pun informasi yang tidak ia cari sebelumnya, mengenai siapa Dara sebenarnya di masa lalu. Namun, sepertinya Bram harus kecolongan akan kenyataan yang saat ini tengah istrinya alami. "Apak