Sambil menahan cemas, Rhae menekan bel rumah milik Gyan agar segera dibuka. Ia ingin tahu bagaimana kondisi pria itu saat ini. Tidak bisa dipungkiri, rasa khawatirnya sama seperti saat menghadapi Nio dalam keadaan tidak baik-baik saja. Tentu saja karena rasa sayangnya kepada Gyan yang menyebabkan Rhae tidak mungkin mengabaikan pria itu.
“Sore Mbak Rhae,” sapa orang yang bekerja di rumah Gyan.
“Sore. Mas Gyan ada di rumah?”
“Ada. Silakan masuk, Mbak.”
Rhae mengikuti langkah asisten rumah tangga Gyan. Pandangan matanya melihat ke sekitar, demi mengalihkan rasa khawatirnya.
“Mas Gyan ada di kamarnya. Kata Mbak Rella, Mbak Rhae langsung saja ke kamar.”
“Terus Mbak Arella di mana?” tanya Rhae.
“Sudah pulang, Mbak.”
Rhae mengangguk pelan. “Ya sudah, saya izin ke kamarnya Mas Gyan, ya.”
