Alfian duduk termenung di balik meja kerjanya. Ruangan wakil direktur itu sangat luas dan memiliki langit-langit yang tinggi. Ruangan Alfian terkesan modern dan artistik. Dipenuhi oleh perpaduan antara warna abu-abu dan hitam. Meja kerjanya tampak bersih dan juga rapi. Ada tumpukan berkas di sana. Alfian sedang mempelajarinya. Namun sekarang pikiran Alfian sudah bercabang dua. Dia memikirkan pekerjaan dan juga Aya. Alfian bahkan tidak bisa tidur semalaman karena dirundung oleh resah dan gelisah. Dia tahu bahwa sekarang ini dia bukan siapa-siapa lagi untuk Aya. Alfian pun mengerti jika Aya kini membencinya. Tapi entah kenapa Alfian merasa tidak terima melihat keadaan Aya saat ini. Keadaan yang jauh dari harapan dan juga bayangannya sendiri. Alfian mengembuskan napas panjang. Ia coba kemb