Aya terbangun dengan kepala yang terasa pening. Cahaya matahari pagi yang menerobos masuk lewat kaca jendela membuat matanya silau. Wajahnya mengernyit. Penampilannya terlihat kacau sekali. Aya bahkan tertidur dengan pakaian semalam dan sepatu yang masih melekat. Ia kemudian membelalak melihat rambut palsunya yang sudah kusut di dekat bantal. “Aish… aku lupa mencopotnya semalam.” Aya kemudian mengatur napasnya. Duduk termenung di atas kasur yang sama berantakan dengan hidupnya saat ini. Hari ini pun Aya akan dihadapkan dengan sejumlah rutinitas yang cukup padat. Ia mengembuskan napas sejenak. Kejadian semalam kembali teringat. Kenapa Alfian muncul kembali? Kenapa dia berlagak sok peduli? “Cih, dia bahkan menitikkan air mata buaya,” dumel Aya. Tak inginterjebak dengan segala pemikira