Aya masih belum bisa menghentikan tangisnya. Sesekali ia juga menatap Alfian lagi dan memukulnya dengan pukulan yang lemah tak bertenaga. “Jahat … kamu itu jahat! Huhuhuuuu.” Alfian tersenyum dan memeluk Aya lebih erat. Dia mengecup kepala Aya, lalu tersenyum. “Maaf ya … udah, jangan nangis lagi,” bujuk Alfian. Aya kesulitan menghentikan tangis. “Namanya kejutan, ya memang seperti ini,” ucap Alfian lagi. Aya akhirnya berhenti menangis dan menarik tubuhnya dari Alfian. Ia menatap lelaki itu perlahan, tapi Alfian malah tergelak dan lekas menutup mulutnya untuk menahan tawa. “Hahahaha.” tapi kemudian suara tawa itu pecah juga. Aya menatap bingung dengan matanya yang masih basah. “Kenapa kamu malah ketawa ha?” Telunjuk Alfian terangkat ke hidung Aya. “Itu … ingus kamu membentuk ge