Aya berlari keluar kelas dengan d**a yang terasa sesak. Ia takut akan dibully lagi seperti di masa lalu. Aya cemas jika kabar itu beredar dan kemudian mengusik kehidupannya lagi. Ia berlari menembus lorong yang sunyi, tapi kemudian... Langkah kaki Aya terhenti. Dia menyadari satu hal. Semua itu adalah kenyataan. Memang keadaannya seperti itu. Dia adalah anak seorang sopir yang memang menumpang di rumah majikannya. Lalu apa? Aya tertegun. Apa sekarang ia merasa malu dengan latar belakangnya sendiri. Aya mengembuskan napas panjang seraya menyapu wajahnya dengan telapak tangan. Harusnya dia tidak perlu berlari pergi seperti ini. Aya sedikit membenci dirinya sendiri karena mencoba menyangkal kenyataan. “Oh Tuhan ... apa yang sudah aku pikirkan,” bisiknya lirih. Sementara itu di dalam k