"Lalu kenapa kau harus menikah dengannya, Mila? Aku yakin kau hanya mencintaiku. Kembalilah padaku. "
"Benar, aku masih mencintaimu. Tapi aku pun mencintai Leon. Dia, pria yang sangat dominan, aku sangat menyukainya."
Jawaban Kamila di masa lalu membuat Theo yang masih sangat mencintainya terpukul. Pasca putus dengan Theo, Beberapa kali Kamila memang sempat bertemu dengan mantannya tanpa diketahui Leon, sang kekasih. Hal ini ia lakukan karena nyatanya Kamila yang masih belum move on. Puan itu mencintai Theo dan Leon dalam satu waktu.
Theo yang tidak ingin dijadikan sasaran berbagi hati oleh Kamila memutuskan untuk pindah mengajar di kota lain agar bisa move on. Kabar tersebut sampai ka telinga Kamila dan sukses membuat hatinya goyah serta gundah gulana karena tak rela jika mantan yang masih dicintainya pergi.
Sehingga pada suatu hari insiden foto Kamila di ranjang Theo sampai ke ponsel Leon. Nyatanya semua telah di setting oleh Kamila.
Suatu malam, Kamila yang memiliki janji makan malam dengan Leon, sengaja tak datang karena bertepatan dengan malam terakhir Theo di ibu kota. Kamila bertutur dalam batin bahwa ia harus bisa membujuk Theo. Ia tak ingin jauh-jauh dari mantannya itu.
Namun, bak gayung tak bersambut, Theo menolak bujukan Kamila meski ia masih mencintainya. "Lupakanlah aku, Mila. Aku tidak sanggup jika kau harus berbagi hati. Berbahagialah dengannya."
Karena merasa geram dengan jawaban Theo, ide gila pun tercetus yakni membuat Theo terlihat sebagai villain. Kamila memasukan serbuk obat tidur tanpa sepengetahuan Theo, dan mulai bersandiwara memfoto dirinya sendiri di atas ranjang mantannya. Setelah itu, ia mengirim foto tersebut kepada Leon dengan maksud agar Theo diperkarakan. Kamila lantas meminum air yang telah bercampur dengan obat tidur dan tertidur di atas ranjang Theo saat pria itu kembali dari kamar mandi. Sayangnya, Leon tak terlalu memperkarakan insiden ini karena apa yang dikatakan Theo dan data dari intel Leon sangat meragukan jika diperkarakan lebih jauh. Meski begitu, Kamila cukup puas mengerjai mantannya itu. Kamila akhirnya menerima pinangan Leon dan mereka pun menikah.
Namun, sayang. Sekembalinya Theo ke kampus, membuat obsesi Kamila bangkit. Setelah tiga tahun berlalu, saat hari pertama kembali mengajar, Theo semakin tampan dan matang di mata Kamila.
Satu hal yang membuat Kamila tidak suka yakni interaksi Theo dan keponakan sambungnya yang kini menjadi murid Theo. Saat melihat interaksi tersebut, dalam hati Kamila membatin bahwa akan mengawasi Olivia karena khawatir kedekatan dengan Theo berlebih.
"Selamat datang, Mantanku. Aku tidak rela siapapun memiliki kedekatan spesial denganmu," batin posesif Kamila seraya menatap air di kolam renang.
Yang jelas, obsesinya terhadap dua pria kini muncul kembali dan membuat dirinya semakin ingin bersama Leon dan juga Theo.
***
GREB!
Saat hendak menghampiri Leon dari kejauhan, lengan mulus Olivia tiba-tiba ditahan seseorang.
"Hey, Nona Manis. Temani aku berdansa dan minum, ya, " goda pria random yang terlihat sudah setengah mabuk dari cara bicara dan juga gelagat.
"Lepas! Aku tidak mau!" tolak Olivia.
Sang puan terus meronta minta dilepaskan. Situasi ini pun cukup mengundang perhatian pengunjung sekitar yang sedang menari-nari. Namun, sayang. Tak ada satupun yang menolong Olivia.
"Lepaskan tangan kotormu dari dia, Bung!" Suara bariton Leon menguar penuh penekanan pada pria random yang memegang Olivia.
"Pa—"
"Hentikan, Liv. Tidak sekarang," tutur Leon menjeda dengan nada ketus dan seketika membuat raut Olivia merengut.
Saat menemukan pemandangan keponakan sambungnya di tengah kerumuman lantai dansa, hati Leon seketika dongkol. Namun, pria itu lebih murka pada pria yang mes*m yang tengah menggoda keponakan sambungnya tersebut. Rasanya, ingin Leon patahkan tangan sang pria random yang berani menggapai lengan Olivia.
"Kau siapanya, hah?! Aku melihat wanita ini duluan. Dia milikku," racau sang pria random mengklaim Olivia.
Habis sudah kesabaran Leon, dengan gerakan cepat ia memelintir tangan sebelah sang pria dan dalam sepersekian detik, pria itu memekik kesakitan seraya melepaskan genggaman kuat yang hinggap di lengan Olivia. Tubuh sang puan reflek bersembunyi di belakang sosok kekar Leon.
"Baiklah, baiklah. Ak-ku akan pergi. Tolong ... lepaskan, Bung. Sakit!"
Leon yang tak ingin membuat keributan lebih besar pun mendorong tubuh pria random itu. Sang pria kemudian melesat pergi efek masih ketakutan aksi Leon barusan.
"Bagaimana kau bisa sampai sini, Liv?" tanya Leon ketus seraya menatap tak suka ke arah sang keponakan sambungnya.
Sejenak, Olivia terdiam dengan penuh kekhawatiran dimarahi pamannya. Sang puan pun memutar otak untuk mencoba mengalihkan perhatian Leon. "Ah, aku haus, Paman. Belikan minuman di Bar itu, ya," cetus Olivia seraya berlari ke arah Bar dimana Leon duduk dan minum tadi. Sementara itu, Leon hanya menggeleng kepala pasrah dan mengekori Olivia.
"Tolong berikan aku satu cola," pinta Olivia pada sang bartender. Ia berharap, aksinya dapat mengalihkan perhatian sang paman untuk tidak terlalu dimarahi.
"Jangan mengalihkan perhatian, Liv. Kau masih di bawah umur. Kau pasti mengendap-ngendap masuk ke sini," terka Leon yang kini duduk di sebelah Olivia.
"Enak saja. Aku lolos dari penjaga tadi. Apa kau lupa umurku sudah dua puluh tahun." Olivia protes seraya memutar bola mata dengan malas.
"Lalu bagaimana caramu ke sini, hah?" selidik Leon kali ini.
Olivia sejenak terdiam. Meski begitu, tak ada gunanya berbohong, Leon pasti akan mengulitinya hingga menemukan jawaban jujur. Olivia akhirnya membeberkan awal mula tercetus ide menjadi penumpang gelap di mobil sang paman termasuk menguping dirinya yang bertengkar dengan Kamila. Sementara itu, Leon hanya merespon dengan menghembus napas kasar.
Walau tak suka perihal apa yang telah diperbuat Olivia, pria itu sadar bahwa tidak bisa terus menerus mengontrol Olivia sesuai keinginannya.
"Aku sudah jujur padamu. Sekarang giliranmu, Paman. Apa yang kau lakukan di tempat ini dengan wanita sexy tadi? " Olivia balik bertanya dengan nada cemburu. "Apa kau mencari pelampiasan?"
"Darimana pemikiranmu itu, Liv!? Apa aku segampangan itu? Asal kau tau dia wanita random yang kutolak," protes Leon.
"Maaf, bukan maksudku begitu. Hanya saja ...." Olivia mulai memangkas jarak dengan Leon. Satu tangannya bahkan mulai menumpu di atas paha Leon. "Kau tidak boleh melakukannya dengan wanita lain, Paman. Akulah yang seharusnya kau datangi."
Netra Leon sontak terkesiap, akan tetapi tak berusaha menyingkirkan hasrat liar yang kembali datang ketika bersama Olivia kali ini. Leon yang hampir melupakan insiden cium*nya dengan Olivia, kini malah semakin tak terkendali kala mengamati belah ranum legit milik sang puan dari jarak dekat.
"Hati- hati, Liv. Jika kau terlalu dekat aku mungkin akan melakukan hal yang sama seperti saat sedang mengobati lebammu." Akal sehat Leon mulai kacau, beberapa gelas Whisky yang sempat diteguk sedikit banyak mempengaruhinya.
"Bagaimana jika itu yang ku inginkan?" Tak hanya Leon, hasrat Olivia yang tak mengkonsumsi minuman beralkohol semakin menggebu. Perlahan tapi pasti, Leon dan Olivia saling mendekatkan wajah untuk memuaskan hasrat. Namun, saat hampir bibir keduanya bersentuhan, Leon menghentikan aksinya dan berbisik, "Ikuti aku!"
Beruntung akal sehat yang masih tersisa menuntun Leon untuk tak melakukan hal terlarang denga Olivia di Club Malam langganannya. Dengan cepat, Leon menyambar tangan Olivia menuju ke sebuah tempat.
Namun, sayang. Seseorang terlanjur melihat aksi Leon dan Olivia yang hampir berciuman dan bahkan berpegangan tangan keluar meninggalkan Bar.
"Ch! Akhirnya kau membuka tabiat lamamu juga, Bro. Makanya, jangan sok suci," batin Damian, sahabat Leon yang nyatanya sudah berada di Club malam.
Beberapa saat kemudiaan.
Pertautan lida* panas dan intens kini sedang terjadi di dalam sebuah mobil yang terparkir di basement Club Malam.
"Ahh ... Paman!" Olivia men**esah nikmat saat bibir Leon menyapu turun ke area leher sang puan. Namun, aksinya terhenti kala kata 'paman' keluar dari belah ranum Olivia. "Aku tidak akan meneruskannya jika kau menyebutku dengan panggilan paman, Liv. Aku bukan pamanmu," tutur Leon menggoda Olivia.
Faktanya, Leon mengajak Olivia ke dalam mobil untuk meneruskan sesi berc**bu yang hampir saja mereka lakukan di dalam Club tadi. Akal sehat keduanya sudah dikuasai nafs* sekarang.
Leon meminta Olivia duduk di atas pangkuannya saat sang pria terlebih dahulu duduk di bangku kemudi. Tanpa ragu, Olivia pun manut. Namun, sebelum melakukan sesi pertautan lid*h, Leon mengajukan dua syarat, yakni Olivia harus memanggil Leon dengan hanya nama tanpa embel-embel 'paman' dan yang kedua Olivia harus merahasiakan affair yang terlanjur terjadi antara mereka dari siapapun.
"Baiklah, aku besalah karena lupa. Hukumlah aku, Leon." Olivia menggigit bibir bawah dnegan gelagat sexy dan hal itu semakin membuat hasrat Leon menggebu.