Saling Cemburu

1203 Kata
Tadinya, Theo hendak mengeluarkan murka kepada Leon yang melarang Olivia menghadiri makan malam atas undangan sang adik. Namun, sosok Olivia yang mengintip dari balik pilar mengurungkan niat Theo. Ia tidak ingin terlihat selayaknya orang yang memaksa di mata sang puan. "Aku sungguh tidak ingin membuat keributan di rumah orang. Tapi tolong jangan menyulutku," tegas Theo dengan sedikit penekanan nada. "Kau—" "Begini saja. Kalau kau tidak percaya padaku, ikutlah dengan Olivia ke rumahku. Tolong jangan ajarkan keponakanmu mengingkari janji karena ia lebih dulu menyetujui janji makan malam dengan adikku yang baru saja keluar dari rumah sakit, " sela Theo mengultimatum Leon. "Kau pikir aku akan percaya begitu saja setelah insiden tiga tahun yang lalu, huh?" sindir Leon membahas masa lalu. "Kau masih percaya bahwa aku yang mencekoki minuman dan mengambil foto Kamila saat tak sadarkan diri?" Theo malah bertanya balik dengan penuh percaya diri seraya kedua alis yang mengerenyit. Perdebatan antara Theo dan Leon beralih membahas perihal masa lalu dimana keduanya sempat memperebutkan Kamila. Theo tetap pada pendirian dan tak mengakui bahwa dia terobsesi parah dengan mantan kekasih yang sudah menjadi istri Leon. "Aku bahkan sudah mengikhlaskannya saat Kamila meminta putus." "Cih! Kau pikir hantu yang mengirim foto istriku di atas ranjangmu dan tak sadarkan diri? " cemooh Leon. "Itu mudah, kenapa kau tidak bertanya pada istrimu." timpal Theo santai. "Coba kau pikirkan lagi. Aku bersih dari tuduhan bukti pesan yang kau terima. Apa kau tidak menaruh curiga sedikitpun pada istrimu?" Theo menyeringai sekarang di hadapan Leon yang mulai kebingungan atas asumsi Theo. "Kalau begitu sampai jumpa besok, Tuan Smith." Melihat Leon yang seolah tak bisa menjawab, Theo memutuskan pamit dengan binar wajah penuh kemenangan. Di sisi lain, sosok Olivia turut masuk dengan berjalan mengendap-endap ke kamarnya. Disusul Leon yang nyatanya mengekori sang puan untuk meminta penjelasan. Sesampainya di kamar, Leon memanggil Olivia dan meminta izin untuk bicara. "Jika kau ingin memarahiku, pergi saja, Paman. Aku akan tetap datang karena sudah berjanji pada Nana." "Aku tidak akan memarahimu. Buka pintunya." Mendengar ucapan Leon barusan, cukup membuat hati Olivia sedikit lega dan membukakan pintu dengan segera. Setelah masuk ke kamar, Leon pertama-tama meminta maaf atas sikap tegasnya pada Olivia tadi. Ia beralasan tak ingin dirinya terjebak oleh kata-kata manis Theo. "Lihatlah. Baru saja paman minta maaf tapi malah kembali menduga-duga," protes Olivia. "Kua tidak tau betapa manipulatifnya dosenmu itu, Liv. Dia—" "Paman cemburu, kan? Itu sebabnya kau melarangku dan memarahi Pak Theo," tuduh Olivia menyela. Leon mengerjapkan mata tak percaya, selaan Olivia barusan berada di luar dugaannya. Tapi, jika dipikir-pikir, awalnya Leon memang cemburu karena interaksi Theo dan Kamila tadi sore di kampus yang berujung sang CEO pergi dan urung menjemput istrinya. Namun, rasanya berbeda saat Olivia diantar Theo barusan. Dad* Leon lebih panas menyaksikannya. Apakah Leon juga cemburu? Atau hanya sebatas protektif seperti lazimnya paman pada sang keponakan. "Jawab aku, Paman! Kau cemburu, bukan? " Merasa terus didesak, Leon akhirnya mengatakan hal yang membuat hati Olivia sumringah untuk sesaat. "Aku cemburu, kau puas?" Hati yang marah seketika berubah senyum sipu kala mendengar pengakuan Leon. Namun, hal itu tak berlangsung lama saat Leon melanjutkan kalimatnya. "Jangan besar kepala, Liv. Itu kan yang ingin kau dengar? " Senyuman sang puan pun memudar, nyatanya Leon hanya meledeknya saja. Sang pria mengaku sikapnya adalah bentuk protektif sebagai paman kepada keponakan. "Aku bukan keponakanmu!" Tanpa dapat diprediksi, Olivia mendorong tubuh kekar Leon yang sedang lengah ke luar kamarnya. "Hey, Liv. Kita belum selesai bicara! Buka pintunya!" pinta Leon menggedor pintu beberapa kali. "Tidak mau. " "Liv—" "Ada apa ini? Mengapa kau menggedor kamar Olivia?" Tiba-tiba saja, Kamila datang menghampiri Leon karena mendengar keributan. Bukannya menjawab, Leon malah memutar bola mata dengan malas imbas masih kesal dengan sikap Kamila semalam dan juga interaksinya dengan mantan kekasihnya tadi sore. Pria tampan nan gagah itu lantas beranjak pergi mengacuhkan sang istri. Sementara itu. Kamila berdecak tak percaya diiringi netra yang cukup terkejut, ia tahu betul sang suami sedang marah padanya. Puan yang masih berpakai formal lengkap karena baru saja pulang mengajar segera menyusul Leon untuk meminta penjelasan. "Leon tunggu!" Kamila berjalan cepat mengikuti Leon ke dalam kamar. "Apa salahku? Bukankah masalah kita sudah selesai malam tadi? Seharusnya aku yang marah karena kau tak jadi menjemputku hari ini," cerca Kamila pada Leon. "Lalu kenapa kau tidak menelponku dan menanyakan alasanku tidak menjemputmu?" "Itu karena ... kau mungkin saja sibuk dan aku bersedia memakluminya," kilah Kamila. "Benarkah? Atau kau menikmati mengobrol dengan mantan kekasihmu di lorong kampus?" DEG! Seketika tubuh Kamila membeku. Meskipun hanya beberapa saat interaksi dirinya dan Theo terjalin, dapat dipastikan Leon melihatnya. "Percayalah padaku bahwa yang kau lihat hanya terjadi beberapa detik saja," ungkap Kamila berkata jujur. "Itupun karena aku memergoki dia sedang berbincang dengan Olivia. Aku tak ingin dia terlalu dekat dengan keponakan kita." "Ch! Jangan mengalihkan perhatian, Kam. Aku bahkan sudah melarangmu dan memberi opsi agar kau pindah Universitas. Sekarang katakan, bagaimana aku bisa percaya bahwa tidak akan ada interaksi int*m selanjutnya antara kalian, hah?" Leon lantas memasang jaket bombernya dan bergaya cukup rapi selayaknya orang yang akan keluarga rumah. "Kau mau kemana? Kita belum selesai bicara, Leon!" singgung Kamila melihat suaminya. "Katakan padaku jika aku ada di posisimu, Kam? Mantanku berada dalam satu kantor, apa kau tidak cemburu atau bahkan memintaku memecatnya?" Leon mengultimatum Kamila dan hal itu sukses membuat sang istri kembali bungkam. Leon pun melesat pergi dari kamar dengan masih membawa emosi menggebu. Respon diamnya Kamila cukup membuatnya kecewa. Di sisi lain, Olivia yang nyatanya menguping pertengkaran paman dan tante sambungnya, kini beranjak pergi dari sana sebelum sang paman melihatnya. Olivia memang marah pada Leon, akan tetapi ia tak bisa marah lama sehingga berakhir ingin meminta maaf pada Leon. Namun, saat menghampiri kamar sang paman, malah pertengkaran yang ia dengar. Tak lama, Olivia menduga sang paman akan pergi dengan mobilnya, ia pun berinisiatif untuk mengikuti tanpa sepengetahuan Leon dengan bersembunyi di bangku belakang mobil sedan favorit sang CEO. Benar saja, Leon memang hendak pergi menggunakan mobil yang tanpa ia sadari Olivia sudah berada di dalamnya. Mobil pun kini melaju meninggalkan pelataran kediaman Leon. Kira-kira, paman mau kemana, ya? batin Olivia seraya dalam posisi merunduk. Setelah kurang lebih setengah jam berjalan, Leon menghentikan mobil di sebuah Club Malam. Pria itu lantas turun tanpa mengunci mobilnya karena memberikan sang juru parkir valet kuasa untuk memarkirkan kendaraannya. Di sisi lain, Olivia beruntung bahwa ternyata mobil Leon tak dikunci, diam- diam sang keponakan sambung berhasil keluar dari mobil dan lanjut mencari jejak Leon ke dalam Club Malam. Setelah memperlihatkan kartu identitas bukan di bawah umur, Olivia diperbolehkan masuk oleh penjaga Club yang berjaga di pintu masuk. Betapa terkejutnya ia, suara musik menggelegar cukup memekakan telinga puan baru pertama kali menginjakan kaki di tempat hiburan malam orang dewasa itu. Tempat apa ini? Berisik sekali. Aku harus segera mencari paman. Olivia lantas mulai bergerak dengan mata yang mengedar setiap sudut tempat hiburan malam itu. Tanpa ia sadari, beberapa pasang mata kaum pria menelisik ke arah Olivia yang kini sedang memakai hot pant dan kaos putih tangan pendek cukup ketat. Tak sampai lama menjelajah, netra Olivia terperangah kala melihat sang paman di meja bar sedang tak sendiri. Ada wanita cantik memakai dress sexy sedang bersamanya. Dan yang membuat Olivia lebih geram, Leon terlihat nyaman berinteraksi wanita tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN