"Arggh..." Selin terkejut ketika Vasko mendorongnya ke dinding lift dan menghimpit tubuhnya tanpa memberi jarak. “Kamu bertemu dia diam-diam!” desis Vasko penuh emosi, matanya menyala seperti bara yang tersulut angin kencang. Tangannya mencengkeram rahang Selin, lembut namun tegas. Sentuhannya tak menyakitkan, tapi cukup untuk membuat Selin membeku, matanya terpejam oleh gejolak yang berkecamuk di dalam d**a. “A-aku hanya—” Tapi kalimat itu tak sempat terselesaikan. Vasko telah mencium bibirnya, cepat dan tiba-tiba. Ciuman yang lebih dipenuhi amarah dan keinginan tahu, daripada kasih sayang. Seolah ia ingin menyentuh kebenaran lewat bibir Selin. Selin mencoba mendorong tubuh laki-laki itu, namun sia-sia. Tubuh Vasko terlalu kokoh. Ia pun akhirnya berhenti melawan dan membiarkan ciuma