Langit tak bisa mengalihkan pandangannya dari Selin. Sejak mereka bertemu di aula tadi, matanya hanya terpaku pada sosok perempuan itu—sosok yang dulu begitu ia kagumi diam-diam, kini berdiri di hadapannya dengan wajah lelah namun tetap memikat, bahkan semakin anggun dengan tubuh yang sedikit berisi karena kehamilannya. Ada sinar lembut dalam mata Selin, dan bagi Langit, tak ada yang lebih menyakitkan sekaligus menghangatkan hati daripada melihat perempuan yang ia cintai… bahagia, meski bukan bersamanya. Ia tahu, seharusnya ia tidak menatapnya seperti itu. Ia tahu, Selin adalah istri sahabatnya. Tapi cinta—sekeras apapun ditekan—tetap saja bisa menyelinap, tumbuh diam-diam, bahkan sebelum semua dimulai. Sejak pertemuan pertama mereka, jauh sebelum Selin menjadi Nyonya Vasko, hatinya sudah