"Jadi… dia kenapa, Dok?" Suara Vasko terdengar pelan namun jelas, mengandung gelisah yang tak bisa ia sembunyikan. Matanya tak lepas dari sosok Selin yang masih terbaring lemah di ranjang putih itu—seolah keheningan kamar rawat itu menegaskan betapa rapuhnya tubuh mungil gadis itu kini. Dokter Lexy, pria paruh baya yang sudah seperti keluarga sendiri, menghela napas pendek. Tatapannya tajam namun bersahabat, beralih dari monitor ke arah wajah Selin yang pucat seperti bunga melati di musim hujan. “Mmm… siapa dia?” tanyanya tiba-tiba, sedikit menoleh pada Vasko. “Dia pelayan saya… dan dia khusus menjaga Kakek di sini,” jawab Vasko cepat, meski ada nada ragu yang menyelinap dalam suaranya. “Sepertinya saya baru melihat dia di sini,” ucap Dokter Lexy sambil memeriksa kembali grafik di tab

