Pernikahan pun akhirnya terjadi. Hari yang datang seperti takdir yang tak bisa dihindari. Selin telah terbalut gaun putih gading yang menjuntai anggun hingga lantai, dilapisi renda halus yang menari bersama cahaya pagi. Gaun itu indah, nyaris terlalu indah untuk dikenakan oleh seseorang yang hatinya tidak sedang bahagia. Ia duduk di kursi rias berhias ukiran emas, menatap cermin besar di depannya. Tapi yang ia lihat bukanlah seorang pengantin. Yang ia lihat adalah seorang gadis yang sedang berdiri di ambang antara kenyataan dan pengorbanan. Mata indahnya kosong, dan jemari yang menggenggam pinggir gaun itu gemetar tak terkendali. Hatinya bergemuruh, bukan karena bahagia… tapi karena takut. Pernikahan ini, seindah apapun gaunnya, seharum apapun bunga yang menghiasi altar, adalah jalan sun