Malam itu seolah tak berpihak pada Selin. Langkahnya gontai, wajahnya pucat, dan sorot matanya tak sanggup menyembunyikan betapa tubuhnya sedang berjuang. Vasko yang sejak tadi tak lepas mengamati sang istri, segera merapatkan pelukannya, memberikan kehangatan dan perlindungan yang tak bisa diberikan oleh siapa pun malam ini. "Ayo, kita pergi dari sini." bisiknya lirih namun tegas. Ketika Vasko menuntun Selin menjauh dari keramaian pesta, sorot matanya berubah dingin saat mendengar suara ayahnya. “Loh mau ke mana? Kan tamunya masih banyak?” tanya sang ayah, suaranya terdengar seperti teguran, namun tersembunyi di balik senyum sosial yang dipaksakan. Vasko menoleh perlahan, dan kilatan tajam dari matanya membuat suasana seolah membeku. “Dia lelah, dan dia harus istirahat.” ucapnya pend