"Apa!" Soraya terlonjak dari duduknya, ponsel hampir terlempar dari genggamannya. Suaranya menggema di dalam kamar megah yang penuh dekorasi mahal—tirai sutra berwarna emas tua, lampu gantung kristal yang berkilau di langit-langit, dan parfum mawar putih yang menggantung lembut di udara—namun semua keindahan itu tak mampu menyembunyikan gelegak api yang tiba-tiba membakar hatinya. Napasnya memburu, dadanya naik-turun seperti ombak yang dipukul badai. Karlota baru saja menanamkan sebuah bom dalam pikirannya. Bom yang meledak dengan satu kalimat: Vasko akan menikahi Selin karena gadis itu mengandung anaknya. "Dia akan menikahi b***k itu?" gumamnya, penuh jijik, seolah nama Selin sendiri telah menodai dinding ruangan yang selama ini menjadi saksi ambisinya. Soraya melangkah ke depan cermi