Tentu, berikut kelanjutan cerita dengan prosa ungu yang lebih kaya suasana, emosi, dan gambaran: --- Vasko masih membeku di tempatnya, seolah tamparan itu tak hanya menyentuh kulit pipinya, melainkan juga menampar harga dirinya hingga ke dasar nurani. Matanya menatap kosong, namun di balik sorotnya, badai emosi berkecamuk hebat—antara amarah yang membara dan luka yang menganga karena ketidakpercayaan dari orang yang paling ia hormati sejak kecil. Tedy, sang asisten setia, berdiri terpaku bagaikan patung marmer yang baru saja kehilangan tuannya. Dadanya naik turun perlahan, menahan napas berat yang seakan ingin mengembuskan semua kekalutan yang menyesakkan d**a. Ia ingin bersuara, ingin membela, namun detik itu Vasko mengangkat tangannya—sebuah isyarat sunyi yang memerintah lebih kuat da