--- Vasko keluar dari kamar Selin dengan langkah cepat dan wajah yang tak bisa ditebak. Matanya menatap kosong ke depan, tapi ada badai yang berputar-putar diam dalam benaknya. Di lorong, Tedy yang baru saja datang menyeret dua tas besar di kedua tangannya tampak kebingungan. Nafasnya masih belum teratur, tubuhnya penuh peluh, tapi semangatnya tinggi karena ia tahu siapa yang menantikan semua barang ini. “Tuan, ini…” katanya, tapi kalimat itu terputus begitu saja, dibiarkan tergantung di udara seperti daun yang gagal jatuh ke tanah, karena Vasko berjalan melewatinya tanpa satu kata pun. Tak ada sapa, tak ada pandang mata. Hanya keheningan yang berat dan menggantung. Tedy berdiri terpaku. Dahinya berkerut. “Ada apa dengannya?” gumamnya pelan, bicara pada udara yang tak memberi jawaban.

