Bagai penyiksaan yang tidak akan pernah usai, kadang Alex berhayal jarum yang tiap kali menusuk ujung jarinya itu akan membuatnya tidur selamanya, hanya tidur, tidur yang panjang jika perlu ... sehingga dirinya tidak perlu repot menyulam, berdansa dan menghafal tata krama, sampai pada ahirnya seorang pangeran datang untuk membangunkannya.
Akhir pekan adalah hari untuk menyulam, salah satu kegiatan yang paling Alex benci. Beberapa pelayan sudah mempersiapkan kain dan benang untuk mereka, Bibi Marry sudah duduk di kursi kebesarannya saat Alex datang, Sang Bibi tersenyum mempersilahkannya untuk menempati tempat duduk di sebelah sang bibi, Lady Anna belum nampak bergabung, kursi yang biasa di dudukinya masih terlihat kosong.
Alex melihat keluar jendela di mana beberapa rekan pamannya yang sengaja berkunjung sedang bersiap untuk bermain kriket, jenis permainan yang mulai di gemari pamannya sejak perjalanannya ke Amerika Utara dimana permain bola kelelawar itu sepertinya jauh lebih populer di sana. Sering kali saat para temannya berkunjung di akhir pekan pamannya suka mengajak mereka untuk bermain di halaman belakang.
"Bibi, bolehkah aku bergabung dengan mereka saja?" tawar Alex tiap kali mulai mengeluh.
"Oh,My Lady itu bukan kegiatan yang pantas untuk seorang Lady."
"Aku dan papa sering bermain Kriket di estate."
"Richard memang tidak bisa membesarkan seorang gadis," bibi Marry masih menggeleng-geleng untuk dirinya sendiri.
"Aku pemukul yang baik," Alex mulai serius untuk meyakinkan bibinya.
"Tidak-tidak, tetap tidak boleh."
Tak lama Lady Ana datang sebelum kelas di mulai, dia segera bersiap untuk melanjutkan sulaman mawarnya yang belum selesai minggu kemarin.
"Apa Anda masih kurang enak badan Lady? "
"Aku sudah merasa jauh lebih baik Ma'am."
Sebenarnya Alex tidak tau jika iparnya itu sedang sakit, dia hanya coba ikut bersimpati, dan memang agak terkejut saat menyadari gadis itu memang nampak kurang sehat.
Kelas menyulam segera di mulai dan Alex sudah hampir sepuluh kali menusuk ujung jarinya sendiri dengan jarum, berulang kali dia menghisap ujung jarinya yang sempat berdarah.
"Kurasa Anda bisa benar-benar kehilangan satu jarimu young Lady," sindir bibi Marry sekedar menggoda keponakan kesayangannya.
Alex hanya mengeryit dan kembali menghisap ujung jari telunjuknya.
"Pagi Lady, apa aku mengganggu? "
"Oh, James sejak kapan kau datang ?" pekik sang bibi girang.
Suara yang cukup familiar itu juga mengejutkannya, Alex melihatnya berdiri di ambang pintu dengan stelan rapi seperti biasanya.
"Sebenarnya paman yang mengundangku untuk memamerkan skill barunya."
"Sudah kuduga, Markus yang suka pamer, percayalah Bibi ada di pihakmu, Nak."
James sudah berjalan mendekati bibinya, memberi salam hoarmat dengan mengecup kedua pipi bibinya ringan.
"Benarkah Bibi akan mendukungku ?" bisiknya saat matanya justru terarah pada Lady muda yang sedang duduk di sebelah Sang Bibi dan bersikeras mengabaikannya.
"Tentu, bahkan Bibimu dan para Lady akan hadir di lapangan untuk mendukungmu jika perlu."
Alex yang tadinya memilih acuh tiba-tiba ikut ambil suara"Apa itu berarti kelas menyulam ini sudah usai, Bibi?"
Bibi Mary sempat berjengit oleh pertanya Alex yang ternyata juga memperhatikan saat bibir Bibinya maju beberapa inci, dan itu berarti sang Countess sedang mempertimbangkan sarannya.
"Lady Anan apa Anda cukup sehat untuk ikut ke halaman?"
"Ya Ma'am."
"Suruh pelayan menyiapkan kursi dan payung di tepi halaman," Lady Marry menyuruh beberapa pelayannya.
Alex tersenyum, untuk beberapa saat Alex sempat melupakan kekesalannya pada keponakan kesayangan bibinya itu.
*****
Alex duduk di dekat bibinya berusaha bersikap tenang saat kembali menggigit biskuit keringnya, kali ini giliran tim James untuk memukul bola, dia berhasil mendapatkan tepuk tangan karena berhasil memperkuat poin kemenangannya. Bibi Marry juga nampak sangat bangga menyaksikan suaminya sendiri nyaris terkalahkan.
"Kau curang dengan membawa supporter, Anak muda."
"Aku hanya sedikit beruntung paman."
"Boleh aku bergabung di timmu paman," kali ini Alex yang berteriak dari tepi lapangan, "kita akan mengalahkannya paman."
Awalnya sang paman masih tidak yakin dengan keseriusan gadis muda itu saat tetap berjalan menuju tengah lapangan.
"Berikan padaku, Lord Wiston," Alex meminta tongkatnya tanpa menunggu persetujuan sang paman, menyambarnya dengan acuh jelas gadis itu masih menyimpan dendamnya tempo hari.
James tak membiarkan sepasang Netra birunya berkedip untuk melewatkan hiburan manis di depan matanya. Karena jujur seringai gadis muda yang pantang menyerah itu sebenarnya cukup menghibur bagi James.
Alex sudah siap di posisi pemukul, gadis itu memegang tongkat nya dengan mantap penuh percaya diri seolah memang tidak pernah ada yang meleset dari pukulannya, dan semua itu terbukti. Alex berhasil memukul bola sampai melambung ke angkasa, dia mulai menyeringaikan kemenangannya menatap Lord Winston sebelum berlari mengitari satu putaran.
Bibi marry hampir tersendak biskuit kering saat ikut melompat berdiri karenanya.
"Oh, Markus kau curang dengan membawa Gadisku," pekik bibi Marry meski tidak sungguh-sungguh dengan kemarahannya, karena setelahnya sang Bibi tertawa gembira.
"Ayolah James sekarang jangan bilang kau sengaja mengalah karena seorang gadis," ejek pamamnya cukup berbangga kali ini, meski tau timnya sudah tidak mungkin mengejar ketertinggalan.
Kali ini giliran James untuk memukul.
"Bolehkah aku mendapatkan satu dansa jika aku berhasil mengalahkannya paman?"
dan tentu saja tidak sulit baginya untuk kembali mendapatkan satu putaran penuh yang ahirnya mempertegas kemenangannya.
"Ingat aku mendapatkan satu dansa My Lady,"bisik James saat mendekati Alex dengan sengaja.
"Itu permintaan curang saat kau sudah tau pasti kemenanganmu !" Alex memilih pergi meninggalkan lapangan bergabung kembali dengan bibinya dengan perasaan kesal bahkan dia tak peduli saat Lady Anna ikut memelototi nya.
*****
Alex sudah bersiap untuk makan malam bersama beberapa tamu pamannya saat tiba-tiba James menghampirinya.
"Aku tidak tau apa tujuan Anda mendatangiku My Lord, anda tau sangat tidak layak menawarkan dansa pada gadis yang jelas tidak menyukai Anda."
"Kuharap Anda tidak lagi menyebutku barbar, aku hanya bersikap sopan Lady, bolehkah kau memberitahuku apa sebenarnya yang membuat Anda begitu marah."
"Meskipun kau pandai merayu para janda muda untuk kau tarik ketempat tidur Anda, kuharap Anda masih punya sedikit adab untuk tidak meniduri istri sepupu Anda sendiri! "
"Aku tidak melakukan hal seperti itu," terlalu singkat dan acuh untuk dijadikan jawaban yang bisa dipercaya.
"Anda pikir aku sebodoh itu hingga harus percaya apa pun yang Anda katakan My Lord."
"Percayailah apa saja yang membuatmu senang My Lady,"
Jelas James sama sekali tak berniat untuk meyakinkannya.
"Baiklah, aku juga bukan orang suci tak ada gunanya juga anda coba meyakinkanku karena aku juga tidak peduli."
Alex memilih pergi mengabaikannya.
"Lord Winston berengsek! "
Kutuknya dalam hati...
*****