"Bibi tak menyangka kita akan mendapat begitu banyak lamaran hanya setelah debut pertama Anda, Lady," Bibi Marry terlihat sedikit serakah kali ini, tapi paling tidak dengan adanya lebih banyak pilihan itu akan cukup mengulur waktu. Paling tidak Alex tidak harus menyetujui lamaran pertama yang datang padanya, jadi tak ada salahnya membiarkan bibinya sedikit berlebihan. Bibi Marry sudah kembali sibuk mempersiapkan pesta dansa berikutnya untuk Alex.
"Bibi percaya kau akan menjadi Lady paling menawan di pesta Lord Warwick besok malam."
Dan seperti biasa Alex mendapatkan dansa dari beberapa bangsawan muda, dengan Bibi Mary yang akan selalu setia mengawasi dari tempat duduknya, sang Countess benar-benar pendamping yang ketat meskipun biasanya Alex hanya berdansa tanpa melewati obrolan. Kadang Alex juga heran karena seharusnya sikap dinginnya itu cukup menyebalkan tapi entah kenapa sepertinya semua itu sama sekali tak mempengaruhi jumlah pelamarnya yang terus bertambah.
Ini adalah pesta kesekian dan Alex masih juga belum menemukan apapun seperti yang sering ayahnya Richard sebut sebagai kesempatan.
Siapapun yang membawanya berdansa rasanya memang hanya berlalu begitu saja, bahkan seringkali Alex sudah melupakan namanya begitu dansa berakhir, ini baru awal musim dan dirinya sudah di dera rasa bosan yang luar biasa.
Alex tak menemukan lady Marry di tempat biasanya sang Bibi duduk dan mengawasi. Alex sampai mencari ke sekeliling, mungkinkah bibinya sedang berada di ruang istirahat untuk membenahi gaun atau sanggulnya, walaupun hal macam itu sangat jarang di lakukan sang Bibi. Karena memastikan Lady Alexsa tetap dalam jangkauan pandangannya itu jauh lebih penting bahkan dari urusan kerajaan sekalipun.
Alex melarikan pandangannya ke seluruh sudut di mana para madam sedang berkumpul,karena siapa tau bibi Merry sedang bertemu teman lama dan terlibat dalam obrolan yang membuatnya lupa diri. Merasa tak menemukan sosok sang Bibi yang seharusnya cukup mencolok dengan ukuran tubuhnya, Alex mulai putus asa dan berniat mencari bibinya di ruang istirahat. Alex baru mulai berjalan saat suara tak asing itu menegurnya.
"Jangan lupa Anda masih berhutang satu dansa, Lady."
"Lord Winston, apa yang anda lakukan disini? " Alex terkejut dengan kemunculan langka sang Earl, "kupikir Anda sudah meninggalkan Inggris," tuduh Alex sinis.
"Mungkin setelah kudapatkan dansaku."
"Tolong jangan membuang waktu Anda, My Lord, lagi pula kudengar bukan hobi Anda mendatangi pesta perjodohan macam ini."
"Hanya satu dansa, dan aku janji tidak akan mengganggu Anda lagi Lady. "
Sebenarnya Alex masih ingin berkeras, tapi gadis itu kembali berpikir.
"Baiklah hanya satu dansa, kupegang kata-katamu Lord Winston."
"Ijinkan aku memilih tempat yang nyaman agar kita bisa bicara."
Alex setuju karena dipikirnya, mereka memang perlu untuk bicara. Terutama setelah pertengkaran terakhir mereka saat itu, Alex masih tak menyangka jika Lord Winston masih cukup nekat menemuinya.
"Tempat macam apa ini? " Protes Alex sangat terlambat. Sungguh lady Mary akan murka jika ada yang membawanya ketempat seperti ini, tapi mungkin James Winston akan selalu menjadi pengecualian bagi sang Bibi.
"Baiklah apa yang ingin Anda katakan?"
Alex tau bukan dansa yang sebenarnya Lord Winston inginkan darinya.
"Kemarilah, My Lady," James sudah mengulurkan tangan untuk menyambutnya, "bukankah sudah kubilang aku ingin menagih dansaku."
"Tidak! bahkan aku tidak mau berdansa di tempat seperti ini," Alex bersikeras melipat tangannya di d**a.
"Percayalah lantai dansa terlalu ramai, lagipula dari sini kita juga masih bisa menikmati musiknya."
James masih menunggu, bahkan mengedikkan bahunya seolah pertengkaran mereka kemarin tidak pernah tejadi saja.
"Baiklah, Anda terlalu bertele-tele, My Lord," gemas Alex saat terpaksa menyambut uluran tangan James Winston.
James benar-benar membawanya berdansa di dekat air mancur dengan cahaya keemasan purnama yang berpendar kekuningan menimpa kulit mereka, bahkan gaun pastel yang sedang Alex kenakan berubah pudar tanpa warna.
"Kudengar Anda mendapat cukup banyak lamaran di musim ini."
"Itu juga bukan urusan Anda, " ketus Alex yang masih kesal.
"Tolong jangan memusuhiku seperti itu."
"Bertanggung jawablah, My Lord."
"Aku tidak akan membahas apapun yang menurutku tidak perlu," timpal James tenang.
"Ingat Lady Ana sedang mengandung darah daging Anda."
"Aku tidak akan ikut campur dengan usahanya mempermalukan diri dengan cara seperti itu."
"Bukankah itu terlalu kejam, melempar seluruh tanggung jawab pada wanita?"
"Aku tidak menyalahkan tindakannya, apapun itu pilihanya sendiri kuharap dia juga cukup bisa bertanggung jawab kelak."
"Aku tidak percaya, bagaimana bisa hati Anda sama sekali tidak tergerak seperti bongkahan batu."
"Cara egois seperti itu sama sekali tidak akan menarik simpatiku, percayalah, Lady Annabeth lebih tau itu, Anda tidak perlu cemas."
"Benarkah kau juga tidak perduli jika aku mengadu kepada Paman dan Bibi? " pancing Alex coba menggertak.
"Kurasa Anda juga bukan tipe gadis pengadu seperti itu."
"Jangan terlalu yakin."
"Baiklah Anda boleh melakukannya."
"Kau hanya coba memanipulasi ku, Lord Winston."
"Aku tau Anda gadis yang cerdas, sepertinya aku memang tidak perlu terlalu khawatir." James sengaja menunjukkan kelegaannya dengan senyum mengejek.
"Bagaimana jika aku benar-benar mengatakannya?" balas Alex yang tidak mau kalah dengan akal licik bangsawan muda itu.
"Kau tidak akan melakukannya, Young Lady."
"Bagaimana jika kita memastikannya," tawar Alex.
"Baiklah."
"Aku tidak akan bicara," bisik Alex sengaja mendekatkan bibirnya saat bicara, "hanya untuk satu syarat."
"Aku yakin Anda memang begitu cerdas, My Lady," James sadar ada yang di inginkan gadis itu darinya, James mulai mengenali pola itu.
"Aku rasa Bibi akan menyetujui apapun permintaan Anda."
Dahi James mulai berkerut saat menebak-nebak apa sebenarnya yang tersimpan di kepala gadis muda itu.
"Katakan saja syarat mu," James mulai tidak sabar.
Terlihat seringai kemenangan di bibir penuh Alex yang sulit James abaikan layaknya dosa yang manis.
"Aku hanya ingin berkunjung ke estate, mungkin akhir pekan ini jika Anda tidak keberatan."
James sadar dia benar-benar sedang di manfaatkan oleh seorang gadis muda yang licik.
"Jangan bilang kau menyuruhku membawamu menemui kekasih barbarmu itu! "
"Namanya Ethan, dia pria yang penuh tanggung jawab dan satu-satunya orang kepercayaan ayahku," Alex berusaha tenang untuk tidak terprovokasi.
"Omong kosong, aku tidak mau!" tolak James tegas.
"Aku tidak membutuhkan persetujuan Anda."
"Jangan lupa Anda membawa nama baik keluarga Harrington, Young Lady," sepertinya James hanya coba mencari-cari alasan.
"Anda tidak perlu mengingatkanku tentang hal itu, aku hanya meminta Anda mengantarkanku," Alex masih tak tergoyahkan.
James masih menggeleng, tentu dia ingat bagaimana dirinya menjadi penonton bodoh di taman dekat danau waktu itu.
"Bagaimana jika aku memohon, My Lord? " goda Alex.
"Tidak !" tegasnya James masih tak terbantahkan.
"Kau benar, sepertinya aku memang tidak memerlukan bantuan Anda, My Lord," Alex sudah berniat untuk pergi, sebelum akhirnya James kembali menarik lengannya.
"Apa masih ada yang ingin Anda katakan, Lord Winston? "
"Baiklah aku setuju, tapi berjanjilah, hentikan permusuhan ini."
"Sepertinya tidak sulit," jawab gadis itu enteng, mungkin Alex hanya terlalu cepat setuju.
"Jadi apa kita bisa pergi akhir pekan ini? "
"Ini baru memasuki tengah musim Bibi tidak akan membiarkanmu pergi kemanapun."
"Semuanya kuserahkan pada Anda, pikirkanlah caranya."
"Itu artinya kau mengambil terlalu banyak dariku, Young Lady."
"Aku janji tidak akan ikut campur tentang Lady Annabeth sebagai imbalannya," tawar Alex.
James memijit pangkal hidungnya sebentar, benar -benar tidak percaya dirinya sedang di manfaatkan oleh seorang gadis muda dengan begitu liciknya.
"Baiklah tapi aku akan mengawasimu."
"Terserah Anda."
James benar-benar dibuat terpaksa menyetujui kemauan gadis itu.
"Baiklah, apa Anda tau di mana bibiku ? "
"Bibi Mary sudah menunggu di kereta, kepalanya agak pusing dan menyuruhku menjemputmu."
"Oh, brilian!" cemooh Alex saat memutar bola matanya.
*****