"Apa rencanamu? "
Alex mulai mengabaikan tatakramanya ketika sengaja mendekati Lord Winston yang sedang menikmati teh paginya, malam ini James kembali menginap setelah mengantar Bibi Marry dan Alex kembali ke Town House keluarga Harrington.
Lady Annabeth kebetulan juga sedang singgah setelah seharian menyusuri London untuk mencari oleh-oleh untuk keluarganya di Newcastle. Rencananya Lady Annabeth akan mengunjungi keluarga pamannya di Utara, pamannya adalah putra seorang Marquess. Alex senpat berpapasan dengan janda sepupunya itu meski kali ini dirinya berusaha bersikap acuh dan justru berjalan mendekati James yang sedang menikmati teh paginya.
"Katakan bahwa kau sudah memikirkanya semalam."
"Beri aku sedikit waktu untuk berpikir, Lady," protes James yang merasa sudah harus ditodong di jam sepagi ini.
"Kau boleh menculikku, aku tidak akan keberatan."
"Kurasa itu berlebihan."
"Pikirkan apa saja asal aku bisa pergi akhir pekan ini."
Gadis itu benar-benar mulai membuat James kesal dengan ketidak sabarannya.
"Petiklah beberpa mawar, mungkin bisa sedikit memperbaiki ketidak sabaran Anda, young Lady."
"Omong kosong,"tepis Alex membuang pandangannya pada sosok secantik Dewi ber surai keemasan yang sedang memetik beberapa kuntum mawar putih dari dalam rumah kaca.
"Benarkah kau tidak akan menyesal, Lord Winston?, dia benar-benar akan pergi ke Utara jika kau mengabaikannya."
"Apa menurutmu aku semenyedihkan itu?"
"Baiklah, aku sudah janji tidak akan ikut campur, tapi coba kau pikirkan sekali lagi."
James Winston bisa di bilang pria paling menawan di seluruh London dengan segala pesonanya dia bisa mendapatkan wanita manapun tanpa perlu merepotkan dirinya dengan ikatan pernikahan yang rumit. Alex bisa mengerti tentang hal itu, tapi
"Kadang kesempatan tidak datang dua kali, James," bisik Alex saat mencondongkan tubunya.
Sepertinya hanya kata-kata terakhir gadis itu yang menarik perhatian James, pria itu sudah mendongak dari cangkir tehnya dan masih memperhatikan gadis muda yang baru saja selesai bicara.
"Kenapa kau melihatku seperti itu? " protes Alex merasa risi.
"Kudengar Bibi sudah menyeleksi beberapa lamaran yang datang untukmu."
"Darimana kau tau?"
"Karena Bibi akan selalu meminta pendapatku."
"Oh sial, kenapa aku tidak pernah berpikir sejauh itu," sesal Alex merasa bodoh .
"James, sepertinya kau memang satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan hidupku," bisik Alex ketika kembali mencondongkan tubuhnya.
"Berhentilah berbicara dengan nada seperti itu," jujur James mulai merasa tidak enak dengan apa yang mungkin akan di rencanakan gadis itu.
"James, aku yakin hanya kau yang bisa membujuk Bibi Marry."
"Untuk apa? " tanya James tegas, meningkatkan kewaspadaan nya.
"Tolong katakan padanya, aku tidak akan keberatan melahirkan beberpa putra untuk keluarganya tapi aku tidak menginginkan mereka semua."
"Apa kau mau mengandung anak pengurus kuda, begitu maksudmu?" ejek James kemudian karena kesal.
"Kau hanya tidak mengenalnya, Ethan adalah pria yang baik percayalah orang tuaku pasti juga akan menyetujuinya tanpa syarat."
"Tidak! " suara James sempat meninggi,dan cukup menarik perhatian beberapa orang di sekitar mereka, termasuk Lady Annabeth yang ikut berhenti sejenak dari sibukkannya memetik bunga. Jujur Lady Annabeth agak kesal melihat kedekatan mereka berdua, yang ternyata di luar prediksi.
Alex hanya mendengus pelan karenanya.
"Sungguh aku tidak menginginkan sebuah pernikahan dengan siapapun, semua ini hanya akan membuang-buang waktu, lagi pula Ethan juga sudah berjanji akan menjemputku dan kami akan pergi ke Gretna Green untuk mendapatkan sertifikat pernikahan Scotlandia tanpa perlu ijin siapapun."
"Jangan bodoh, karena akulah orang pertama yang akan menembak kepalanya jika dia berani melakukan itu !" James hampir saja berdiri dari tempat duduknya untuk menggebrak meja karena kebodohan gadis itu.
Dan Alex tau jika pria itu benar-benar sedang berusaha keras untuk tidak membuat keributan di tempat tinggal bibinya. Alex memilih pergi lebih dulu meningalkan James yang mungkin memang benar-benar akan meledak jika dirinya terus memancing perdebatan, Alex tau itu. Bahkan gadis itu sudah tidak peduli apa kesepakatan mereka kemarin masih berlaku setelah ini.
*****
******
Alex dan James kembali melalui perang dingin, Alex juga sudah tidak peduli jika orang seperti James mungkin justru akan memberi dukungan pada pelamar terburuk yang datang untuknya hanya karena iseng ingin membuatnya kesal. Entahla, lagi pula kenapa bibi Marry nya itu selalu meminta pendapatnya segala. Alex memang tidak mempertimbangkan hal itu terlebih dahulu sebelum membuat masalah dengan Lord Winston tempo hari. Alex tidak menyesal tapi dia kesal dan sangat kesal dengan campur tangan James.
Sekarang bagaimana Alex bisa memberitau Ethan untuk menjemputnya jika belakangan bibinya itu justru semakin ketat mengawasi kegiatannya, Alex yakin semua itu adalah campur tangan Lord Winston yang pasti sudah mempengaruhi bibinya. Herannya setelah ketidak munculannya dua pekan ini ternyata James justru semakin merepotkan. Alex benar-benar tidak diijinkan keluar tanpa perijinan resmi dari bibinya. Seperti induk ternak yang sedang melalui masa karantinta untuk di kembang biakkan Alex merasa hari-harinya belakangan ini semakin seperti neraka.
Alex dan Bibi Marry baru saja turun dari kereta kudanya berjalan menyusuri pertokoa dikawasan Bond street untuk memesan beberapa Gaun untuk pesta dansa akhir musim ini.
Alex baru saja akan menyusul bibinya masuk kedalam butik langganan mereka saat tiba-tiba entah darimana mereka datang, karena bibir Alex sudah di bungkam dan matanya ditutup karung kecil sebelum kemudian tubuhnya di lempar ke dalam kereta.
*****
Mungkin dia pingsan karena saat terbangun Alex mendapati tubuhnya sudah ber goncang-goncang di dalam kereta, dalam kondisi linglung dia coba merangkak bangun untuk mengintip keluar jendela. Alex mulai menggedor atap kereta berharap siapapun kusir itu akan mendengarkannya dan berhenti.
Namun sepertinya siapapun itu tidak ada yang memperdulikannya.
"Berhenti atau aku akan benar-benar melompat dari jendela!" Triak Alex coba mengancam, dan sepertinya berhasil karena tak lama kereta kuda yang membawanya tiba-tiba berhenti, saat pintu terbuka sesosok pria bertubuh tinggi berdiri di depannya sedang merunduk kedalam kereta.
"Kau menculikku !"
Pria itu masih menggunakan syal untuk penutup sebagian wajahnya.
"Maaf aku terpaksa melakukannya."
"James! " Jelas Alex langsung bisa mengenali suara beratnya.
Lord Winston baru saja membuka kain penutup wajahnya, Alex masih sulit mencerna pemandangan seorang Earl menjadi seorang kusir kereta sekaligus penculik.
"Kuharap istirahatmu cukup nyaman, Lady."
"Kau menculikku! " tegas Alex mengulang pertanyaannya seperti orang bodoh yang diabaikan kejengkelannya.
Kali ini James ikut masuk kedalam kereta dan ikut duduk di depannya.
"Bukankah kau yang memberi ide tentang penculikan ini."
Alex coba menutup mulutnya yang sudah terlanjur menganga karena syok yang ber tubi-tubi.
"Kupikir Anda sudah gila, Lord Winston."
"Bukankah kau masih ingin mengunjungi keluargamu."
Tentu, hanya saja Alex tak menyangka setelah pertengkaran mereka tempo hari Lord Winston masih memegang kesepakatan mereka.
"Baiklah apa rencana kita sekarang? " tantang Alex ketika membenahi sikapnya.
"Mungkin kita harus mencari penginapan untuk malam ini."
"Apa kita hanya pergi berdua? "
Karena sepertinya memang tidak ada orang lain lagi di luar kereta.
"Apa kau juga menjadi kusir untuk keretamu sendiri, My Lord?"sepertinya pertanyaan itu memang tidak perlu di jawab.
"Pangil saja, James! kecuali kau ingin semua orang mulai mengunjingkan kita."
Tentu saja seorang Earl yang mengendarai kereta kudanya sendiri pasti akan menjadi sesuatu yang tak terlupakan.
*****