BA 18 SAVANA

871 Kata
Mereka hampir menghabiskan waktu sepanjang hari hanya untuk sampai di perbukitan yang hendak mereka tuju, meski sudah memasuki pertengahan musim semi seperti ini dataran yang lebih rendah sebagian masih di genangi air meski rumput musim semi sudah kembali menghijau tapi sisa kelembapan musim dingin masih menyisakan kobangan-kobangan rawa dangkal berlumpur. Beberapa domba yang terjebak di lumpur mulai mengambang dengan perut menggembung bahkan sebagian sudah mulai di kerumuni belatung, benar-benar bukan pemandangan yang enak untuk dilihat sepanjang perjalanan. Mereka bertiga menaiki kuda masing-masing Ethan memimpin di depan untuk mencari jalan yang lebih setabil untuk mereka lalui. Mereka harus berjalan beriringan jika tidak ingin terjebak kedalam lumpur sama seperti domba-domba tersebut. Di musim seperti ini kuda mereka memang hanya bisa berjalan pelan, dan perbukitan yang mereka tuju kurang lebih masih dua mil lagi di depan. Meski mereka sudah berangkat dari pagi sepertinya mereka baru akan sampai menjelang senja, mereka berharap masih sempat mendirikan tenda sebelum hari benar-benar gelap karena bagaimanapun di awal musim semi seperti ini biasanya hujan masih sering turun meski dengan kapasitas lebih rendah.  Semoga saja mereka beruntung mendapatkan cuaca cerah sampai esok hari. Begitu mulai memasuki kawasan perbukitan rendah tanah yang mereka pijak mulai lebih kering, Ethan memacu kudanya lebih dulu untuk mencari tempat yang tepat untuk mendirikan tenda, pemuda itu nampak sedang memperhitungkan arah angin denagn jeli.  Sepertinya lereng di sebelah barat lebih setabil untuk mendirikan tenda, karena bukit di belakang mereka akan menghalangi angin langsung mengenai tenda, meski ini sudah memasuki pertengahan musim semi kadang angin juga masih sering berubah tiba-tiba di malam hari . Meskipun James sudah biasa mengarungi samudra bersama kapal-kapal dagangnya tapi berkemah di savana merupakan pengalaman baru bagi Lord Winston. "Apa dia sudah tidur?" tanya James begitu Ethan mendekatinya dan ikut duduk di tepi api unggun, pemuda itu hanya mengangguk kemudian ikut membenahi api. "Maaf kami mungkin tidak bisa menjamu Anda dengan layak, My Lord." "Kalian tidak perlu cemas mengenai hal itu aku kemari hanya untuk mengantarkan Lady Alexsa, cukup buat saja dia senang." "Terima kasih," uacapan pemuda itu dan berhasil membuat James menoleh. "Untuk apa? " "Aku ikut senang karena Lady Alexsa sudah bertemu orang yang tepat." Lord Winston hanya tersenyum sinis "Ingat kedatanganku kemari untuk mengantarkannya menemui kekasihnya," James sengaja mengingatkan. "Justru itu, kurasa butuh kebijakan besar hingga Anda mau melakukannya." "Kurasa kau hanya salah paham, kau tidak tau saja bagaimana gadis itu telah memerasku." "Aku bisa melihatnya," terselip senyum kecil di sudut bibir pemuda itu. "Aku tidak tau apa yang kau lihat, sebaiknya kau cukup berterimakasih saja karena aku sudah membawanya kemari untukmu." "Anda ingat saya hanya pengurus peternakan." "Dia percaya kau akan membawanya kabur ke Skotlandia," negara itu cukup terkenal bagi pasangan yang ingin kawin lari, mereka biasanya menawarkan paket pernikahan kilat layaknya layanan kamar penginapan. Tiap kali Ethan hanya tersenyum menanggapi komentar sinis sang Earl. "Kenapa?"tanya Lord Winston heran, "kuharap kau tidak hanya membual setelah jauh-jauh kubawa gadismu kemari, jangan bilang kau hanya sedang mempermainkan nya dengan janji-janjimu." "Sungguh, My Lord, mungkin Anda masih belum bisa mengakuinya sekarang, tapi kuharap Anda akan segera menyadarainya, karena yang kudengar Lady Alexsa sudah enerima cukup banyak lamaran." James hanya coba berpaling meraih tongkat kecil yang kembali dia  gunakan untuk membenahi api unggun di depannya sekedar untuk mengalihkan perhatian, meski tak dipungkiri mungkin saja yang di katakan pemuda itu bisa jadi benar. Benarkah James sama sekali tak peduli jika akhirnya Bibi Merry benar-benar memilih siapapun salah satu dari tumpukan pelamar itu.  Entahlah yang pasti dirinya tetap pemuda yang belum mau terikat dengan pernikahan dengan siapapun. "Lady Alexsa sangat mempercayaimu, aku tak pernah menyangka kau justru begitu mudah menyerahkannya pada lelaki lain," kata James kemudian. "Paling tidak aku lega jika orang itu adalah Anda, Lord Winston." "Kurasa kau bicara seperti itu karena kau tidak banyak bergaul di lingkungan London," James tau siapapun akan segera berubah pikiran jika sudah mendengar berbagai rumor tentang dirinya. Sekaya apapun dirinya, pria yang tidak mau menawarkan pernikahan tidak akan berarti apa-apa. Itulah kenapa kehadirannya di pesta-pesta para bangsawan seringkali hanya jadi peramai atmosfer, tak heran rumor dan image buruk yang melekat pada dirinya seperti sudah mendarah daging. Mungkin karena itu pula satu-satunya wanita yang pernah di inginkannyapun lebih memilih menikahi sepupunya dibanding menunggu pria seperti dirinya, pria yang sama sekali tidak akan menawarkan masadepan bukanlah pilihan yang bijak untuk di tunggu. Terlebih belakangan ini pandangan masyarakat mengenai strata kebangsawanan pun sudah mulai bergeser, bahkan mereka para bangsawan sudah tidak segan lagi menikahkan putri-putri mereka dengan para pengusaha dan pedagang yang dulu pada jaman sebelum revolusi industri bisa di anggap sebagai hal tabu. Setelah banyak keluarga bangsawan yang mengalami kebangkrutan, kali ini hanya mereka yang pandai berinvestasi lah yang masih bisa mempertahankan kekayaannya. Semua perubahan tersebut seperti semakin meyakinkan diri James bahwa menikahi seorang putri salah satu bangsawan bukan sesuatu yang diharuskan lagi. Logikanya jika dirinya bisa memilih gadis manapun yang bisa dia nikahi kelak lantas untuk apa dirinya harus merepotkan dirinya untuk terlibat dalam aturan keluarga bangsawan yang rumit. Yang jelas wanita bangsawan tidak akan jadi pilihan James jika suatu hari nanti entah kapan dirinya ingin memutuskan untuk menikah. Selain itu bagi James wanita bangsawan tak ubahnya boneka porselen pajangan yang terlatih untuk berpura-pura dan menuntut perlakuan ekstra, sama sekali bukan pilihan yang dia harapkan untuk menghabiskan hidup.                         ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN