"Kuharap kau tidak keberatan jika kita ganti menu sarapan kita."
Tanpa menghiraukan Alex James bangkit dan berjalan cepat ke arah kudanya, dia nampak sedang mengambil sesuatu dari dalam kantong kulit yang masih tersampir di punggung kuda.
"Sial, apa yang akan kulakukan! " pekik Alex melihat James memeriksa amunisi di dalam senjata api yang baru di keluarkannya. Alex baru tau James selalu membawa senjata api kemana -mana, tentu orang seperti James memang memerlukan benda seperti itu. Dia banyak melakukan perjalanan dan bertemu dengan banyak jenis manusia, mungkin dia juga membawa beberapa, bahkan saat sedang berkemah seperti ini. Alex tak habis pikir apa dia bermaksud benar-benar akan menembak kepala Ethan seperti yang sering dikatakannya.
Alex berjalan terburu-buru mengikutinya.
"Diamlah di situ, kau sangat berisik,"
seharusnya Alex tersinggung jika bukan karena James memang serius dengan peringatannya, dia terlihat sedang memperhatikan sesuatu dari balik batu tak jauh dari mereka.
Satu kali tembakan terdengar dan Alex hampir menjerit ketika melihat seekor kelinci yang sempat berputar-putar itu akhirnya tergeletak di dekat batu di antara semak bunga lavender liar.
"Kau jahat James," Alex masih menutup mulutnya yang menganga.
"Itu menu sarapan pagimu, Lady."
"Tidak!" tegas Alex menggeleng.
"Kenapa?"
"Entahlah, kurasa kelinci terlalu lucu untuk di makan, kau jahat James,"ulang Gadis itu masih tidak terima.
"Terserah, kau bisa makan bunga semak jika tidak mau."
James tetap memungut kelinci tersebut kemudian berjalan melewati Alex.
"Apa yang akan kau lakukan?" kejar Alex kembali mengekor di belakangnya.
James mulai menguliti mahluk malang tersebut kemudian mengeluarkan isi perutnya.
"Bagaimana kau melakukannya? " Alex pikir orang seperti James hanya tau makanan hangat yang sudah dihidangkan di atas meja.
"Aku sering melihat Harry melakukannya"
"Siapa Harry? "Tanya Alex bingung, sepertinya James baru sadar dia baru saja menyebutkan nama yang benar-benar asing bagi gadis itu.
"Oh, dia suami dari pengasuhku dan George, dulu kami sering ikut berkunjung ke rumah keluarganya di Bidbury."
Dari cara James bercerita sepertinya dulu dirinya dan George memang cukup dekat.
"Benarkah dulu kalian dibesarkan bersama? "
"Ya," jawabnya singkat tanpa melihat Alex, dia masih mengeluarkan isi perut kelincinya dengan ujung pisau, gadis itu mengeryit ngeri menyaksikan betapa James nampak sama sekali tidak risi dengan hal kotor yang di lakukannya. Pemandangan itu agak mengejutkan bagi Alex mengingat bagaimanapun dia tetap putra seorang Duke.
Setelah mencuci bersih daging kelincinya, James mulai membuat api Alex tak bermaksud membantunya, sungguh Alex benar-benar kehilangan nafsu makannya gara-gara binatang menggemaskan yang dimutilasi oleh james barusan.
Alex hanya diam dari tempat duduknya memperhatikan kesibukan
James memanggang kelincinya yang sudah hampir hangus.
"Kurasa kau hanya akan makan arang kelinci, James."
James mengangkat kelinci panggangnya yang dia tusuk pada sebatang kayu, "Kurasa tidak terlalu buruk," dia mencobanya sedikit dan Alex hanya mengernyit.
"Kau harus mencobanya."
Alex menggeleng, tapi James tetap mendekatinya, "Sungguh, James, berhentilah aku tidak akan memakannya."
"Anda perlu makan, Lady."
"Tidak, " tegas Alex berusaha menutup mulut dengan telapak tangannya karena James mulai berusaha menyuapkan daging kelinci itu kemulutnya.
"Apa kau lebih memilih belatung domba untuk kau makan?"
Oh membayangkannya saja perut Alex sudah semakin mual, "Kurasa kau benar-benar tega makan belatung domba, James."
"Belatung domba bisa dimakan, tapi daging domba yang sudah busuk beracun untuk di makan karena sudah mengandung gas."
"Lebih baik aku mati kelaparan dari pada melakukannya."
"Tidak jangan, aku tidak akan membiarkanmu mati."
Alex tau James hanya bercanda ,tapi kali ini pria itu sudah menangkapnya.
Alex bisa merasakan hembusan nafas James menerpa kulit wajah yang tiba-tiba menggigil, Alex masih memperhatikan sepasang netra biru James yang menjebaknya dalam nuansa hangat yang sulit untuk ditolak....dada Alex bergelepar....Alex tau itu tidak sehat, dia segera mengerjab untuk kembali memperbaiki fokusnya.
"James jangan coba menciumku lagi!" Alex coba memperingatkan.
"Kurasa aku memang akan melakukannya."
James benar-benar tak menghiraukan peringatan Alex.
James pernah menciumnya di lantai kereta waktu dia memaksa Alex pulang dari Hyde Park, hari itu Alex sempat menggigitnya beberapa kali karena sikap kasarnya yang memaksa tapi kali ini sepertinya gadis itu membiarkannya.
Alex justru melingkarkan lengannya di leher James dan menahannya, sepertinya James juga sudah lupa dengan kelinci panggangnya yang entah sudah ia lempar kemana.
"Hentikan James! ____"kurasa kau akan menelanjangiku setelah ini, dan aku tidak akan memaafkanmu. "
James masih tak menghiraukan, justru tangannya mulai menuruni tubuh Alex, mengangkat lutut gadis itu dan menyelipkan salah satu pahanya di antara kedua kaki sang Lady. James berusaha membuka Alex lebih lebar untuk dirinya.
"James berhenti !" mohon Alex, tapi James masih tak bersuara hanya bergerak.
"James," Alex mengeluh dan coba mendorong dadanya yang juga tak bergeming.
"James hentikan! "____"sungguh Bibi Marry pun tidak akan memaafkanmu jika kau tega berbuat seperti ini padaku. "
Sepertinya James baru mendongak untuk menatap Alex, gadis itu juga merasakan bagaimana tangan James yang semula meremas pinggulnya dengan keras mulai melemas dan membelainya lembut untuk memperbaiki sikapnya.
"Maaf Lady" James berusaha mendorong dirinya untuk mengambil jarak, sebelum akhirnya berguling dan kemudian ikut menghempaskan tubuhnya di atas hamparan semak di sebelah Alex. James coba kembali menghembuskan udara kosong yang terasa panas dari dalam rongga dadanya yang masih bergemuruh dan terbakar.
"Sebaiknya kita pulang, James,"
Karena Alex tau, jika mereka harus menginap semalam lagi dan menunggu sampai besok, bisa jadi dirinya tidak akan selamat. Bagaimanapun Alex sadar James sudah cukup berpengalaman untuk membuat wanita menuruti kemauannya, dan sampai sejauh ini Alex tidak punya jaminan apa dirinya bisa menolaknya lagi untuk kedua kalinya sementara baru saja gadis itu sudah hampir saja menyerah.
"Boleh aku bertanya James? "
Dia masih berbaring diam di sebelahnya entah apa yang dipikirkannya, tapi sepertinya James memperbolehkan Alex bertanya.
"Kenapa kau tega melakukannya pada George ?"
Karena Alex merasa sama-sama menyayanginya.
"Apa maksudmu? "Kali ini James berpaling untuk menatap gadis di sebelah nya.
"Kau tega meniduri istrinya, James, padahal kau bisa mendapatkan banyak gadis di luar sana jika memang hanya kesenangan yang kau inginkan."
James hanya mendengus malas, sebelum mulai bicara, "Kenapa kau pikir aku tega melakukannya? "
"Karena kau juga hampir memperlakukanku seperti itu tanpa berpikir."
"Maafkan aku soal itu."
"Kau bisa mendapatkan banyak gadis di luar sana dengan seluruh pesona dan reputasimu, tidak perlu aku atau istri sepupumu."
"Kau benar tentang itu, Bibi Mery akan membunuhku jika aku benar-benar menyentuhmu."
"Aku tidak percaya kau hanya perduli pada kemarahan sepele bibimu, apa kau sama sekali tidak merasa menghianati George, bukankah kalian dibesarkan bersama apa salahnya, James?"
"Aku menyayangi George, kau tidak perlu meragukannya."
"Apa karena itu kau merelakan gadis yang kau cintai menikah dengannya."
Mata James melebar saat kembali menatap Alex dengan luar biasa.
"Maaf aku sempat mendengar percakapan kalian malam itu," Alex rasa cukup sopan untuk tetap meminta maaf, walaupun tak sengaja kenyataannya dirinya memang sudah ikut menyimak pembicaraan pribadi orang lain, "Lady Annabeth masih sangat mencintaimu, James, kau seperti memaksanya menikah dengan orang yang salah."
"Dia sendiri yang menentukan hidupnya."
Seperti ada kepedihan dalan suaranya kemudian, "Tidak ada wanita yang menginginkan pria sepertiku."
"Jadi dia sendiri yang memilih George?" padahal gadis itu mencintai James pikir Alex mulai menyesal sudah membahasnya.
"Apa kau akan memutuskan kembali padanya, ingat James dia mengandung anakmu sekarang."
Anehnya kali ini justru James yang kembali mendengus sinis.
"Kau hanya terlalu polos untuk mempercayainya."
"Apa maksudmu ?"
"Dengar Alex, Aku memang berengsek dan tidak terlalu percaya wanita, termasuk Lady Annabeth atau siapapun."
Kedengarannya sangat jahat tapi Alex bisa melihat James sungguh-sungguh dengan ucapannya itu.
"Kurasa kau benar-benar akan melajang seumur hidup!" ketus Alex, kemudian bangkit untuk berdiri dan mulai menyesal karena sempat berpikir untuk mempercayai pria itu.
"Dia akan bicara langsung padaku jika memang benar-benar mengandung anakku, tapi dia memilih bercerita padamu, kau pikir semua itu untuk apa?"
Alex merasa ada kebenaran dalam kata-kata James, apa karena begitu bodohnya hingga Alex tidak pernah punya pikiran seperti itu selama ini.
"Darimana kau yakin, jika dia bukan bayimu? "
"Percayalah aku tidak ingin membahas hal ini," tepis James terkesan bosan dan tidak serius membela dirinya.
"Mustahil," tolak Alex.
"Dia hanya wanita yang merasa bisa mendapatkan segalanya," Alex bahkan bisa melihat kepahitan James barusan.
"Aku tidak tau kau sangat membencinya, tapi kenyataan nya aku melihatmu bersamanya malam itu."
Alex bisa mengerti, Lady Annabeth adalah wanita yang luar biasa mempesona pasti banyak yang mengagumi dan memujanya, tak heran wanita seperti itu bisa jadi sedikit manja.
"Apa kau sangat sakit hati karena dia memilih George?"
"Aku tidak senaif itu, Lady."
"Oh, seharusnya aku tau memang kau si berengsek nya, James! "
"Oh dosa apa sampai aku pernah hampir mempercayaimu."
"Kau boleh terus menyalahkanku jika itu bisa membuat hatimu lebih damai."
"Omong kosong."
Alex kesal, bahkan James sama sekali dia tidak menunjukkan rasa penyesalan.
"Rasanya sangat tidak adil, kau bisa sangat tidak bertanggung jawab, sementara aku harus menanggung tanggung jawab yang bukan milikku dengan mengorbankan hidup dan kebahagiaanku." Alex benar-benar terdengar frustasi ketika mulai mengoceh tentang nasibnya sendiri.
"Aku tau aku tidak akan bahagia siapapun yang akan dipilih bibiku nanti dan anggap hidupku sudah berakhir hari itu."
Alex melihat James ingin menyentuhnya tapi dia kembali mengurungkan niatnya.
*****