Derrel’s POV Dia ada di sini, di sebelahku, dan rasa itu masih bergemuruh. Aku bisa mencium aroma parfumnya lagi, aku mendengar suaranya, aku bisa rasakan hembusan napasnya yang selalu membuatku tak ingin jauh darinya. Tapi aku tak bisa melihatnya. Bukan karena aku tak rindu. Sumpah demi Tuhan, aku sangat merindukannya. Sangattttt.. Hanya saja kubiarkan mataku menatap ke arah lain. Karena setiap kali menyusuri jauh ke dalam mata elangnya, kala tatapanku menapakkan jejak di setiap bagian wajahnya, di saat mataku tertumbuk pada legam rambutnya yang selalu tertata, tatkala imajinasiku berkelana membayangkan setiap senti dari tubuhnya tanpa sehelai benang, maka di saat yang bersamaan, ada rasa sakit yang teramat sakit, pedih, perih, dan membuka kembali luka lama yang belum kering. Karena aku

