Putri menahan senyum-senyum gilanya, matanya tak terlepas sedikitpun dari wajah Elang yang dengan telaten melilitkan perban ke pergelangan tangannya itu.
Elang menghela nafas berat, karna petugas UKS yang entah kemana itu membuatnya terpaksa mau tidak mau mengobati luka gadis ini. Tapi sejak tadi dirinya dibuat sangat risih olehnya, bayangkan sejak beberapa menit yang lalu yang dilakukannya cuma memandangi wajahnya dengan sok malu-malu. Elang harusnya sadar, kalau gadis ini memang kurang waras.
"Sudah jangan natap aku terus!" Decak Elang, bukanya malu karna terciduk Putri malah semakin melebarkan senyumnya.
"Ya habisnya Mas sih ganteng banget!" Serunya antusias. Elang merapikan kotak P3K tanpa menggubris cerocosan gadis berponi rata itu. Setelah meletakkan kotak itu pada tempatnya Elang langsung duduk di kursi sebelah brankar, Mbak Dona penjaga UKS sedang cuti beberapa hari jadi UKS yang menjaga anak PMR namun entah kemana perginya orang-orang itu. Untung Elang Ketua OSIS jadi mempunyai kunci cadangan semua ruangan di sekolah ini.
Hening diantara keduanya karna Putri masih sibuk menyengir-nyengir kecil menatapnya. Ini gadis gak ada malunya, ya?
"Tangan kamu kenapa?" Akhirnya Elang membuka suara, lagian sebentar lagi bel pulang akan berbunyi jadi percuma kalau mereka masuk ke kelas.
Putri mengerjap kecil, bibirnya melengkung keatas dengan ringannya. "Tadi ada anak gila yang nepis tangan aku." Jelasnya membuat Elang sedikit mengernyit.
Anak gila? Bukannya yang gila di sekolah cuma Putri.
Ah sudahlah, tak ada gunanya bertanya hal tidak penting kepada gadis itu. "Kamu bolos kelas? Kenapa?" Kali ini raut wajah Putri langsung berubah, wajah cerah dan sumringahnya mendadak jadi memuram mendung.
"Gak papa." Jawabnya singkat sambil menunduk mengayun-ayunkan kakinya tak berminat.
Sebelah alis Elang menukik kecil melihatnya, seperti ada suatu yang ganjil dari jawabannya. "Kalo gak papa ngapain bolos? Mau jadi sok nakal?" Sarkasnya dingin, masalah hukum tatib di sekolah dirinya pasti sangat tegas.
Putri semakin menunduk tak berani menatap wajah tampan Elang, tau kalau dirinya sedang dihakimi. "Kamu kenapa bolos? Jawab yang jujur!" Tegasnya membuat Putri tersentak kecil.
Menghela nafas berat akhirnya dengan terpaksa Putri harus menjawabnya, "aku lagi males masuk kelas, gak mood." Balasnya pelan.
Elang mendecakkan lidahnya kesal, "kamu ini sekolah, mood gak mood kamu tetap harus belajar!" Omelnya galak, Putri kalau lagi gak mood pelajaran apapun gak bakal masuk ke otaknya jadi percuma juga masuk kelas. Yang ada dirinya semakin meratapi patah hatinya.
Lagian Elang masa gak peka sih, kalau yang membuatnya gak mood itu karna kelakuan dia di kantin tadi. Rasanya mendadak Putri jadi sakit hati, tapi kok .... dirinya malah makin sayang ya sama Elang.
"Besok kamu piket bersihin halaman belakang setelah pulang sekolah!" Finalnya membuat Putri melotot kecil. "Kok gitu sih Mas, kan Mas bukan guru!" Sanggah Putri mendelik kearah Elang.
Elang tetap tanpa ekspresi, tangannya merogoh sesuatu dari saku kemejanya dan meletakkan benda itu di tangan Putri.
Pin Ketua Tatib.
HAAH?!!
"B-bukanya Mas itu Ketos ya? Kok jadi Ketua Tatib juga?!" Kaget Putri tak menyangka. Elang mengambil benda ditangan Putri lalu memasukkannya kembali ke saku kemejanya.
"Perintah Bu Indri." Jawabnya singkat, Bu Indri adalah guru BK di sekolah Cankrawinata ini. Putri semakin memanyun kesal, ah kenapa sial sekali sih hari ini!!
Elang berdiri dari kursinya membuat mata Putri mengikuti setiap gerak tubuhnya, tapi Putri enggan bertanya. Palingan juga Elang mau pergi ninggalin dirinya, Putri mah hapal banget kebiasaan pemuda itu. Tapi yang terjadi selanjutnya justru diluar dugaan, Elang menuangkan air minum ke gelas yang ada di atas nakas dan menyodorkanya kedepan Putri.
"Kamu minum trus istirahat, nanti kalau bel pulang aku bangunin."
****
Putri melangkah dengan wajah berbunga-bunga, melewati siswa-siswi yang langsung menyingkir takut karna Putri yang kelihatan seperti orang yang sedang kesurupan. Kalau ada Jeni dan Vino pasti mereka sudah mengumpati gadis ini.
Tapi mau gimana lagi dong .... Mas Elang hari ini so sweet banget!!!
Sesampainya di gerbang mata Putri langsung celingukan mencari jemputanya. Sekolah yang Putri tempati ini tergolong elit di wilayahnya, kebanyakan muridnya juga diantar jemput menggunakan kendaraan pribadinya.
Kelereng coklatnya itu mengerjap lebar saat melihat mobil berwarna kuning yang sudah bertengger rapi di depannya, mobil mewah ini sangat mencolok dibanding yang lain. Kalau ditanya kenapa pilih warna kuning? Alasanya karna Putri suka warna kuning.
"Bapak lama banget sih, saya udah nunggu sejaman!" Decak Putri begitu masuk ke mobilnya itu. Pak Ehsan, pria paruh baya itu tersenyum maklum di tempatnya. Nampak sudah biasa.
"Bukannya Non pulangnya baru 10 menit yang lalu?" Tanyanya sopan membuat Putri memanyunkan bibirnya lucu, dengan gaya sok marah membuang mukanya malah membuat Pak Ehsan terkekeh kecil di tempatnya. Dirinya sudah menjadi supir pribadi sejak Putri masih kecil jadi sangat hapal semua tingkah gadis ini, termasuk saat mengomel gak jelas.
Mobil kuning cerah itupun melaju membelah jalanan Surabaya yang kebetulan sedang lengang itu. Sepanjang perjalanan mata Putri hanya terfokus ke luar kaca jendela, melihat pohon-pohon yang ditanam di pinggiran jalan raya itu.
Iris coklatnya menyipit saat melihat siluet orang yang sepertinya dia kenali. "Pak Pak berhenti dulu!" Putri menepuk-nepuk pundak sang supir yang langsung membuat Pak Ehsan mengerem mendadak mobil itu.
DUK!
"Aduh! Bapak gimana sih, jidat saya sakit!!" Adunya sambil mengelus jidatnya yang terbentur dashboard mobil. Pal Ehsan meringis kikuk, "ma-af Non, habisnya Nona ngagetin saya." Putri cemberut sambil mengaca melihat apakah jidatnya benjol atau tidak.
Kecantikannya gak berkurang, kan?
"Bapak tunggu disini sebentar, saya mau keluar dulu!" Belum sempat Pak Ehsan bertanya Putri sudah keluar dan berlari cepat entah kemana.
Langkah kaki Putri semakin cepat saat siluet yang dilihatnya semakin jelas, sampai akhirnya kaki jenjangnya berhenti tepat didepan orang itu.
Pemuda dengan lebam disekujur tubuhnya itu mendongak saat merasakan kehadiran seseorang, alisnya menukik tajam begitu melihat gadis yang menjulang tinggi didepanya itu.
"Elo?" Tanyanya tidak percaya. Putri tersenyum mengejek, "oh kerjaan lo habis pulang sekolah tuh ngemis, ya?" Ejeknya membuat pemuda itu melotot horor, namun Putri malah tertawa menjadi-jadi.
"Pergi lo!" Desisnya tajam dengan kilatan emosi yang mengerikan, sesaat Putri sampai kaget melihatnya yang seperti singa kelaparan itu.
Putri malah berjongkok didepanya dengan dagu yang bertopang di kedua lututnya. "Siapa lo berani ngusir gue? Ini tempat umum hellow!" Balasnya cuek, matanya melirik sepeda motor besar yang tergeletak naas tak jauh dari sana. Tempat ini sangat sepi jadi tak heran kalau jarang orang lewat sini.
Pemuda berambut hitam agak gondrong itu mencekeram kerah kemeja Putri dengan bibir menipis tajam, rahangnya mengetat rapat dengan hidung kembang-kempis di tempatnya. "Mau gue habisi lo! Pergi sana!" Bentaknya membuat Putri mendecih sinis.
"Lo habisi gue?" Tanyanya tak percaya lalu tangannya yang bebas menekan luka di wajah pemuda itu membuatnya menjerit kaget dan melepaskan Putri detik itu juga.
"HAHAHA!!! Baru di colek aja udah kejer-kejer mau habisin gue!" Dengusnya mencemooh, "lo itu kena karma, lihat nih tangan gue habis lo gampar tadi!" Putri mengangkat pergelangan tangannya yang diperban ke hadapan pemuda itu membuatnya sempat kaget tapi langsung mengubah ekspresinya detik itu juga.
Sebelah sudut bibir pemuda itu terangkat kearah Putri, "cih! Lembek!" Sindirnya sambil menyeka sudut bibirnya.
Putri memanyun sesaat lalu kemudian kembali berdiri, tatapan pemuda itu masih menatap kearah Putri. Gadis tinggi berponi rata itu mengambil sesuatu dari sakunya lalu entah melakukan apa karna tidak terlihat terlalu jelas.
"Nih! Kasian gue sama elo," Putri lalu meletakkan benda itu ke pangkuan pemuda itu. "Lain kali kalo mau ngemis jangan disini, jarang orang lewat HAHAHA!!" Dan Putri langsung melangkah pergi sambil terbahak-bahak meninggalkan pemuda itu yang terperangah tak percaya melihat benda yang disodorkan Putri.
Uang 1000 rupiah.
WHAT THE HELL?!!
"Anjing! Gue dikira pengemis apa?!" Decaknya antara syok dan tak percaya, namun karna tidak ingin membuang rezeki pemuda itu terpaksa mengambil uang itu hendak memasukkanya ke dalam kantong celana. Sesaat sebelum sebuat benda lain terjatuh dari dalam uang yang sudah terlipat rapi itu.
Itu kan............. hansaplast.
***
TBC.