"Jen jen jen!!"
"Apa sih ah! Ganggu lo minggir sono, PR gue belum selesai nih!" Omel gadis berkuncir kuda itu masih dengan rajin menggarap PR di bangkunya.
Rajin soalnya ngerjain PR nya cuma nyalin punya Putri.
"Halah nyontek aja sok belagu!" Decak Putri jadi kesal, padahal niatnya tadi mau menceritakan tentang kejadian langka kemarin kepada Jeni. Kalau Mas Elangnya ngobatin luka nya di UKS.
Putri tersenyum-senyum sendiri membayangkannya.
Jeni melirik sinis, "sok banget lo, elo aja ngerjain PR-nya malak punya Dodit!" Cibir Jeni menyebutkan nama sang anak kutu buku paling rajin seabad ini. Bayangin aja kalo pagi dia baca, istirahat juga baca, bahkan pas jam kosongpun dia masih sempet-sempet nya baca. Tuh bocah makanannya buku kali, ya!
Putri mendelik tak terima, "heh kalo ngomong sembarangan! Gue tuh gak malak tapi beli ya, yang elit dikit dong kalo ngomong!!" Protes Putri menunjuk-nunjuk bukunya.
"Lo beli?" Kali ini Vino yang sedang main game cacing dihapenya itu langsung mendongak bingung.
Putri tersenyum bangga, "Nah! Kemaren gue ketemu dia di RS Kakek gue ternyata ibunya sakit trus dia gak punya duit." Putri menjeda sejenak ucapannya sambil mengaca membenarkan poni rata nya, "trus berhubung gue itu cantik, baik, dan tidak sombong gue kasih dia penawaran kalo gue bakal lunasi semua tunggakan rumah sakitnya asal dia ngerjain PR gue sampe gue lulus."
"PALE LO!!" Jeni mengumpat sarkas, pulpennya sampai terjatuh naas ke lantai.
"Inilah bibit-bibir koruptor!!" Vino menggeleng prihatin, membuat Putri mendelik kecil.
"Apa sih hah! Gue kan gak nyuruh dia ngerjain semua tugas gue, cuma PR doang apa salahnya!" Protesnya jadi tak terima. Gadis tinggi semampai itu mengibaskan rambutnya dengan gaya angkuh seperti biasa.
Jeni mengambil pulpennya yang berada di sebelah sepatunya sambil menggeleng pelan, "yang kayak gini mau naklukin Abang gue? Mati aja lo sono Put." Lirihnya sudah dramatis sendiri.
"Woy Pak Yanto masuk!" Pekik salah satu anak dari bangku depan membuat semua siswa yang lain langsung mengambil posisi sempurna. Pak Yanto ini guru berkumis tebal dengan perut buncit dan kepala semi botak yang kemana-mana kerjaannya selalu membawa penggaris kayu.
Pantas saja semua siswa langsung baca ayat kursi kalau simpangan sama beliau.
Guru dengan tinggi rata-rata nyaris pendek itu berjalan besar-besar memasuki kelas, mata sipitnya menajam seolah memeriksa apakah ada kesalahan yang diperbuat siswanya.
"Selamat pagi!"
"Pagi Pak!" Seru satu kelas kompak, dan setelahnya langsung kompak juga memandang dua orang yang mengekor di belakang Pak Yanto.
Putri melebarkan matanya reflek, seorang pemuda berwajah malaikat dengan seorang gadis berwajah setan tengah berdiri di depan kelas mereka.
Elang dan Rensi.
"Sebelum Bapak mulai kelasnya, mereka akan kasih pengumuman terlebih dahulu!" Tegas pria berkepala pelontos itu sambil mengedutkan kumis nya.
Elang tersenyum formal kearah Pak Yanto sambil menganggukkan kepalanya tanda hormat sebelum melangkah agak maju kedepan. "Jadi disini saya akan menyampaikan beberapa pengumuman kepada kalian," Putri tersenyum lebar sambil bertopang dagu, merasa tersihir begitu saja.
"3 hari lagi kita akan melakukan kemah awal tahun untuk kelas X. Jadi diharapkan kalian mulai bersiap-siap, dan meminta tanda tangan orang tua kalian." Terangnya lantang dengan mata yang mengedar ke seluruh ruangan. "Anak OSIS dan guru pengawas akan ikut juga." Imbuhnya.
Rensi yang membawa setumpuk kertas maju sejajar dengan Elang lalu tersenyum ramah seperti biasa, "ini formulirnya tolong diisi." Katanya menjelaskan. "Siapa ketua kelas disini?"
"Saya Kak!" Sahut Dian dari bangku depan, Rensi tersenyum simpul kemudian maju menyerahkan tumpukan kertas itu kepada pemuda berkacamata baca dengan seragam rapi itu.
"Baik, disini ada yang mau ditanyakan?" Tanya Elang mengelilingkan pandangan.
Putri yang mendengarnya langsung duduk tegak, mengerjap semangat lalu mengacungkan tangannya tinggi membuat seluruh orang menatap kearahnya. Jeni yang duduk disebelahnya langsung menundukkan kepalanya begitu saja, yang gak tau diri Putri kenapa yang malu Jeni ya?
"Mas nanti berangkatnya pake apa?" Putri melebarkan senyumnya.
Elang menipiskan bibir sejenak, "bus."
Putri mengerling kecil, "nanti Mas Elang duduknya sebangku sama aku ya!" Serunya semangat membuat Jeni dan Vino buru-buru menyumpal mulut gadis itu apalagi saat semua orang menyorakinya.
"WOOOAAAA!!!!"
Sumpah! Urat malu gadis itu kemana perginya Gusti!!!
Elang menghela nafas berat, sudah hapal diluar kepala tingkah laku ajaib gadis itu. "Baik saya permisi dulu Pak." Pamit Elang kearah Pak Yanto yang kehadirannya hampir terlupakan itu.
Rensi hanya diam mengekor Elang membuat Putri mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Dasar nenek peyot!!
***
"Ke kantin aja lo berdua, gue lagi diet." Putri berdiri merapikan seragamnya sekilas lalu mengambil kaca kesayangannya untuk dia gunakan mengecek penampilannya.
Jeni dan Vino kompak berseru heboh, "mau tinggal tulang sama kulit doang lo? Tubuh udah kayak bocah cacingan gitu masih aja mau diet." Cibir Vino menunjuk tubuh Putri yang memang jauh dari kata gemuk. Jauh banget malahan.
Jeni mengangguk setuju, "tubuh lo itu udah kurus gini, mau diet yang kayak gimana lagi coba?" Heran Jeni jadi berdecak.
Putri mengibaskan tangannya masa bodoh, "bodo ah kalian mana tau yang namanya body goals! Berat gue tuh kemarin naik 1 kg." Putri tak santai dalam menjelaskan, "udah ah bye! Gue mau jalan-jalan dulu!" Lalu dengan wajah tanpa beban gadis itu langsung melipir begitu saja meninggalkan kedua temannya yang menggeleng frustasi dengan sifatnya.
Putri tidak bohong soal ucapannya tadi, gadis itu memang paling siaga soal berat badan. Setiap hari dirinya akan menimbang badannya dan jika beratnya naik sedikit saja ... dia akan membuat gebrakan besar-besaran.
Ngemil? Nonono!!!
"Wah elo emang titisan Sun Go Kong ya!" Seru Putri mendongak tinggi sambil menyipitkan matanya melihat sosok pemuda yang dengan asik nangkring diatas pohon.
"Berisik!"
"Turun lo! Gak sopan banget pantatin gue!!" Putri memerotes dengan nada kesalnya karna memang posisi wajahnya kini berhadapan langsung dengan p****t pemuda yang dengan asik rebahan diatas pohon itu.
Merasa istirahatnya terusik, pemuda yang masih anonime itu jadi mendengus kasar. Dan dalam sekali hendakan tubuhnya sudah berada tepat di depan Putri. Tapi Putri sudah tak kaget, pengalaman merupakan guru terbaik emang.
"Apasih lo! Seneng banget gangguin gue!" Decaknya merasa risih.
"Siapa juga sih yang mau gangguin elo, gue cuma mau ngobrol aja sama lo!" Balas Putri tak terima.
Pemuda itu mengangkat salah satu alisnya, kedua tangannya masuk kedalam saku celana abu-abunya. "Sorry ya, lo bukan selera gue." Ucapnya jadi kepedean sendiri.
Putri mengumpat tanpa suara, "heh lo pikir elo tipe gue gitu? Ngaca nih, NGACA!!" Bukan cuma omong kosong, Putri benar-benar mengulurkan cermin kesayangannya kearah pemuda itu sambil melotot jijik.
"Ck!" Decaknya sambil menepis pelan tangan Putri, "mau apa lo?" Tanyanya langsung to the point.
Putri memasukkan kembali cermin bergambar Elsa itu ke sakunya, tangannya merapikan anak rambutnya sekilas. "Nama lo siapa? Masa dari kemaren gue gak tau nama lo."
"Gak penting."
"Oh nama lo Gak penting, panggilannya siapa?"
Pletak!
"Ini otak kalo gak pernah di pakek ya gini jadinya, karatan semua!" Kata pemuda jangkung itu sambil menyentil dahi Putri membuat gadis itu langsung memekik kesakitan. Pemuda itu merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Putri. "Gak usah sok g****k, soalnya wajah lo emang wajah-wajah orang bego."
"Anj--"
"Jing!" Sahutnya membuat Putri makin mendelik, "cewek harusnya kalem, gak sleboran gini." Ujarnya mengimbuhi.
Putri mengelus dahinya sambil merengut kesal, "ck, lo tuh kenapa sih kelakuannya nyebelin banget!!" Pekiknya berapi-api.
Pemuda berambut sedikit gondrong itu menegakkan tubuhnya, dia memiliki posturnya sekitar 178 cm dengan alis tebal mirip ulat bulu. "Sana lo pergi, elo tuh ganggu istirahat gue!" Usirnya membuat d**a Putri naik turun menahan emosi. Dengan tangan yang meninju-ninju udara gadis itu akhirnya memilih berbalik pergi. Bisa darah tinggi dirinya kalo lama-lama deket orang setres ini.
"Oh iya!" Putri menghentikan langkahnya, kepalanya dia tolehkan kebelakang dengan alis bertaut bertanya. Pemuda yang masih berdiri di tempatnya itu bersedekap kearah Putri.
"Gue Banyu."
***
TBC.
Kalian tim mana nih??