10: Hukuman

1465 Kata
"Putri!" Gadis yang sedang asik mengobrol dengan Jeni itu jadi tersentak, tubuh mereka berdua kompak memutar kebelakang. Kedua alis Putri reflek terangkat melihat Elang yang datang menghampiri nya. Dengan senyum malu-malu ditambah gaya sok centil, gadis berponi rata itu menghadap lurus kearah Elang. "Eh ... Mas Elang," gumamnya sambil sedikit mengibaskan rambutnya kebelakang bahu, "ada apa?" Tanyanya dengan mata berbinar. Elang berkedip sekali kearah Putri sebelum meluruskan bibir tipisnya. "Kamu mau pulang?" Putri mengerjap kaget. "I-iya," Jeni yang berada di sebelahnya hampir mengumpat mendengar nada sok kalem temannya. "..... Mas mau nganterin?" Tembak Putri sudah kesenengan. Elang mengernyit kecil sebelum akhirnya mendengus pelan, "kamu tidak lupa kan, kamu waktu itu dapet hukuman harus bersihin halaman belakang sekolah." Putri terdiam, mata bundar gadis itu mengerjap-ngerjap kecil sedang berpikir. Setelah dirasa memorinya mulai muncul, gadis tinggi itu langsung mengatupkan bibirnya. Glek.. "Eh, hehe ... Hukuman ap-a, ya?" " ... " Elang memicingkan matanya tanpa suara tapi berhasil membuat Putri langsung meringis kaku. "Oh iya! Aku inget hehe y-yaudah aku ke halaman belakang dulu ya!!" Putri buru-buru berlari kalang kabut meninggalkan Elang yang sepertinya akan meledak. Jeni yang melihatnya pun langsung terbahak-bahak sendiri tak tahan melihat tingkah absurd temannya. "Eh Mas Elang!" Jeni langsung mencekal pergelangan tangan pemuda berahang tegas itu sebelum dia berbalik pergi. "Mas jangan kasar-kasar ya sama Putri, tuh anak gitu-gitu aslinya baik kok." "Mas gak pernah kasar sama cewek." "Halah waktu itu aja Mas bentak Putri di kantin!" Sanggah Jeni cepat. Elang menarik napas dalam. "Selama dia tidak keterlaluan Mas gak akan begitu." "Tapi kan--" "Kamu mau pulang atau tetap disini?" Jeni mengatupkan bibirnya, dengan wajah cemberutnya perlahan dia melepaskan cekalan tangannya. "Mas gak pulang bareng?" Tanyanya berkedip kecil mengarah bahu Elang yang tidak terlihat ranselnya. "Mas masih ada urusan, kamu pulang sendiri." Setelahnya Elang sudah berbalik dan melenggang pergi entah kemana meninggalkan Jeni yang langsung mencibir di tempat. "Cih! Apanya yang most wanted? Dasar kanebo kering!!" Gumam Jeni jadi merapal kesal sebelum benar-benar pergi dari sana. Yah ... mau gimana lagi, sampai cincin di planet saturnus hilang pun Elang tak akan pernah menggubris ucapannya. Berdoa saja agar pemuda berhati dingin itu tak menyesal nantinya. . . . "Ck, kalo gak demi Mas Elang ogah banget gue ngerjain ginian!" Oceh Putri sambil melirik malas sapu ijuk ditangan kanannya. "Lagian heran deh, otak Mas Elang berapa sih kapasitasnya. Kok gak lupa gitu, gue aja gak inget sama sekali hukumannya." Lanjutnya masih terus mengoceh. Dengan langkah terseok-seok agak mirip zombie, gadis yang mengenakan sweater rajut coklat cerah itu mulai menggerakkan sapu ditangannya. Melihat lebarnya halaman dengan banyaknya sampah bertebaran membuat mata gadis itu berkedut sendiri. Ini tukang kebunnya kemana coba? "Aish .... bener-bener jahat deh Mas Elang, aaargh!!" Putri mengacak-acak rambut pirang nya sebal, kalau gak ngelakuin hukumannya sudah dipastikan pasti Elang bakal murka. Kalaupun mau nyuruh anak lain sudah tidak bisa karna semua anak sudah pulang sekolah. Putri mendecih pusing, mau pingsan aja rasanya!! "Ngapain?" Putri berjingkat syok, d**a nya langsung berdetak kencang saking kagetnya. "Mas ngagetin aja deh!" Dengusnya mendesis sambil mengontrol detak jantungnya. Elang melangkah maju dengan kedua tangan saling bersedekap, "masih belum dikerjain?" Tanyanya menantang sambil mengedarkan pandangan kepenjuru arah. Putri meringis kecil, "ah, i-itu ... kalo hukumannya besok aja boleh gak?" Tawarnya tak tau diri. Alis tebal pemuda itu terangkat tajam, "hm, boleh." Mata Putri langsung berbinar antusias mendengarnya, kalo gini kan Putri tinggal babuin Vino aja. Akal bulus gadis itu langsung berjalan lancar dengan senyum lima jari yang terpatri apik di wajahnya. "Besok sampai seminggu kedepannya, kamu bersihin halaman belakang. Ditambah toilet sama taman depan." Putri mengerjap speechless. Bibirnya melongo bulat begitu mendengarnya. "Gimana?" Tanya Elang dengan santai nya membuat Putri langsung tertawa garing, kepalannya menggeleng cepat tanda tak setuju. "Nggak-nggak jadi deh! Aku bersihin halaman belakang sekarang!" Putri langsung menyapu dengan gaya semangatnya, meskipun dalam hati sudah mengumpat ribuan makian untuk setan berparas malaikat itu. Kalo cuma gini mah Putri udah kebal, soalnya setiap hari pasti ada aja tingkah Elang yang bikin dirinya gemas. Tapi berhubung dirinya setia, sampai mati pun bakal terus dia perjuangin pangeran berhati batu itu. Elang yang hendak duduk di kursi mengawasi gadis itu menghentikan langkahnya, mata tajam nya mengamati pergerakan Putri yang tengah sibuk menyapu dengan postur agak membungkuk. Elang melangkah maju lalu melepaskan jaketnya dan mengikatnya di pinggang ramping gadis itu tanpa aba-aba membuat Putri hampir oleng mencelat. Putri membeo bengong dengan kepala mendongak menatap Elang yang lebih tinggi darinya itu. "M-mas nga-pain?" Tanyanya tergagap-gagap. Elang menjauhkan dirinya setelah selesai mengikat lengan jaketnya ke pinggang Putri dengan posisi seperti memeluk dari belakang. "Lain kali pake rok yang lebih panjang." Elang lalu melenggang pergi entah kemana meninggalkan Putri yang melongo mabok di tempat. Wajahnya langsung memerah seutuhnya sebelum akhirnya dia berjingkrak-jingkrak gila menikmati euforia yang meledak-ledak di dadanya. "AAAARGHH MAU MATI GUE RASANYA!!!" Pekiknya sekeras yang dia bisa, sudah tak menghiraukan apakah nantinya akan ada yang mendengar atau tidak. "JANTUNG GUEE YA AMPUNNN!!!" Lanjutnya masih heboh sendiri, kedua tangannya terlentang lebar dengan gaya berputar-putar mirip tarian ala-ala India. "Sinting lo?" GUBRAK!! Putri terjengkang ke tanah dengan megap-megap, roknya langsung kotor terkena debu yang tebal itu. Gadis yang urat malu nya masih dipertanyakan itu mendongak tinggi, salah satu kaki nya tertekuk dengan kedua tangan yang menopang tubuhnya. "Ngapain lo?!" Pekik Putri tak santai sambil mencoba berdiri bersejajar dengan pemuda nyebelin itu. "Mata gue tuh habis liat malaikat bersayap, trus liat elo yang kayak malaikat pencabut nyawa gini bikin jantungan tau!" Ujarnya tak jelas. Alis kanan pemuda itu terangkat dengan tangan berada di dalam saku celana abu-abunya. "Trus gue peduli?" Cibirnya lalu melewati Putri begitu saja. Putri mendelik kecil lalu mengekori Banyu, "oey air, ngapain lo disini?" Putri menarik-narik seragam berantakan pemuda jangkung itu membuat bentukannya makin amburadul. "Nama gue Banyu!" Sarkasnya cepat. Putri mencebik kecil, "basa Jawa nya Banyu kan air." Sahutnya tapi tak dihiraukan Banyu. "Lo kok belum pulang?" "Males." "Males pulang? Lo anak broken home ya!" Dengan tak tau malunya Putri berujar keras, Banyu menatap tajam gadis cerewet itu membuat Putri langsung mengatupkan bibirnya. Bulu kuduknya mendadak berdiri sendiri. "Lo mau gue habisi atau pergi sekarang?" Putri meneguk salivanya susah payah, lalu seperti tikus kejepit got gadis itu menggerakkan sapu ijuk di tangan kanannya perlahan, menggoyang-goyangkannya kedepan wajah Banyu. "G-gue disuruh bersihin halaman, jadi gak bisa pergi lah!!" Bantahnya lalu memutar tubuh cepat, mulai sok-sokan menyapu. Si Banyu itu lagi PMS kali ya, dari tadi aura nya mencekam banget. Banyu melepas seragam putih nya yang tak pernah ia kancing, menyisakan kaos hitam dalamanya. Panas matahari yang terik membuatnya merasa sangat gerah. "Oey sapu lidi!!" Putri yang mendengarnya pun mau tak mau menoleh, karna disini cuma ada dirinya dan pemuda itu saja masalahnya. "Apa?!" Banyu membuat pergerakan jari seolah menyuruhnya mendekat membuat Putri tanpa sadar mengikuti instruksinya. "Kenapa?" Tanyanya lagi begitu sampai dihadapan pemuda itu. "Beliin gue minuman." "Lo pikir gue babu lo apa!" "Disini cuma ada kita berdua kan?" Putri menyipitkan mata tak paham, "kalo gue apa-apain elo gak bakal ada yang tau dong." "b*****t lo!" Putri menyilangkan tangan didepan dadanya lalu memutar tubuh dengan secepat kilat, dasar manusia licik! Lagian dimana coba dirinya bisa beli minuman, kantin sekolahpun pasti sudah tutup sekarang. Sepanjang koridor dia melangkah sepanjang itulah cacian dan makian yang dia ucapkan. "Kamu ngapain disini?!!" Asem sekali nasibnya! Habis lepas dari manusia jadi-jadian sekarang malah ketemu sama Elang. Putri menggeram dalam hati dengan senyum yang dipaksakan untuk terbit. "Kamu disuruh kerjain hukuman malah mau pulang?!" "Eh eng-gak kok Mas!" Putri mengibas-kibaskan tangannya cepat dengan gestur panik total. "Aku cuma mau beli minuman, panas banget soalnya!!" Ucapnya terlampau semangat. Elang menggeleng tak lumrah, "kamu pikir siapa yang masih jualan di jam pulang sekolah gini." Putri terdiam ditempat, yang dikatakan pemuda jangkung itu memang sangat benar adanya. Salahkan saja si Banyu-banyu itu yang seenak jidat nyuruh dirinya. "Nih." Putri menatap terdiam kearah benda yang disodorkan oleh Elang, tubuhnya tak bereaksi dengan otak masih mencoba mencerna semua keadaan yang ada. "Yaudah kalo gak mau--" "Eit ... mau-mau-mau Mas!!" Putri menyabet cepat botol mineral itu dengan mata berbinar antusias. "Makasih Mas!!" Elang mengangguk kecil lalu berbalik pergi entah kemana, Putri sedikit heran dengan Elang. Di jam pulang sekolah gini kok dia masih saja sibuk. Mata bulat Putri membola semangat saat menyadari kalau botol minuman yang diberikan Elang bukan baru. Didalamnya sisa setengah air yang menandakan kalau botol itu sudah kehilangan keperawanannya. Kalau Putri meminum air dari botol ini juga itu tandanya dia dan Elang akan berciuman secara tidak langsung. Ber-ci-u-man!! Namun semua angan-angannya lenyap seketika saat botol dalam tangannya mendadak melayang, dengan isi yang tak tersisa sedikitpun diteguk oleh Banyu. Putri melongo bulat-bulat tak percaya, bayangan kotornya langsung hancur seketika. Banyu yang sudah meneguk habis air di botol itu mengelap bibirnya kasar, merasa ditatap intens Banyu kemudian balik menyorot kearah Putri. "Gue haus." Dan Putri hanya bisa membeo layaknya orang kena guna-guna. *** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN