Vino yang baru memarkirkan mobilnya di halaman luas rumah Putri, jadi mendelik tak percaya melihat kearah gadis tinggi kurus itu.
"Pagi Kek!" Sapa pemuda berjaket bulu tebal itu sopan kearah pria berumur didepannya.
Suherman menatap lurus Vino, "kamu jaga Cucu saya baik-baik, awas aja kalo sampe ada yang lecet!" Katanya tegas memperingati. Bahkan tak mengindahkan sama sekali salam Vino.
Vino meneguk ludahnya sekali, yang ada kan dirinya yang setiap hari dibuat lecet sama Putri.
"I-iya Kek, saya pasti jagain Putri." Vino melirik gadis yang malah sibuk sendiri memebenarkan poni rata nya dengan kaca kesayangannya itu.
"Yaudah kalian cepat berangkat, nanti kesiangan."
"Baik saya permisi, Kek." Vino mengangguk sopan dengan senyum kaku nya, lalu menarik tangan gadis itu yang masih sempat-sempatnya mendelik kearahnya. Dua koper besar dengan satu tas uwah merupakan barang bawaan gadis itu yang tidak masuk akal.
Mereka ini kan cuma mau kemah seminggu, kenapa Putri sudah kayak orang pindahan rumah saja?
"Ck, lo seriusan bawa barang sebanyak itu?" Decak pemuda itu tak percaya setelah mobil sport merahnya melaju meninggalkan pelataran rumah Putri.
Gadis yang kini sedang mengoleskan lip tint ke bibir ranumnya itu melirik sinis, "yaiyalah! You think?!" Balasnya sedikit mendengus.
Vino menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, merasa lelah sendiri.
"Trus kenapa elo malah pake dress gitu?" Mulut pemuda itu masih gatal ingin berkomentar. Putri ini benar-benar ajaib ya, waktu itu siang-siang ke mall pake jaket bulu. Sekarang mau ke puncak malah pake dress.
Otak gadis itu cara mikirnya gak kayak manusia normal.
Putri yang sedang menutup wadah lip tint nya langsung melotot tajam, "lo tuh sapa sih, sewod amat sama gue. Kakek gue aja selow-selow aja tuh!" Balasnya jadi sengit.
Pemuda yang kini tengah memenggokkan mobilnya di pertigaan itu menarik napas dalam-dalam.
"Sakarepmu lah Put!!"
***
"Apa?!" Jerit Putri tak santai. "Bus buat panitia dipisah!" Lanjutnya ngegas.
Jeni yang memakai mantel hitam tebal dengan kupluk rajut khusus untuk cuaca dingin itu mengangguk santai, "hm, gue dikasih tau Mas Elang." Jelasnya tenang.
Putri meremat jarinya tak percaya, seolah dunia akan kiamat detik itu juga. "Bisa-bisanya Mas Elang PHP in gue!" Putri menghentak kan kakinya kesal, sudah bersungut-sungut sendiri.
Jeni yang sedang melihat teman-temannya yang seliweran di depannya itu reflek menatap temannya, tangan kanannya mengeluarkan batang permen dari mulutnya. "Ha? PHP apaan?" Bingungnya kagok sendiri.
Putri mendelik tajam kearah Jeni, "masa lo lupa sih, kan waktu itu Mas Elang janji mau sebangku sama gue waktu gue tanya di kelas!!" Semburnya berapi-api.
Jeni langsung mengangkat alisnya tinggi-tinggi, dengan dahi mengernyit dalam. Setelah ingatannya muncul gadis yang lebih pendek dari Putri itu mendesah frustasi. Dengan wajah seolah mengatakan 'lo serius?!'
"Dah lah Put, kayaknya penyakit halusinasi lo semakin mengkhawatirkan." Cibirnya menggeleng prihatin sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Putri yang sudah ngamuk-ngamuk sendiri.
"Kok ninggal sih lo?!" Decak gadis itu mengekor Jeni yang sudah masuk kedalam bus penumpang. Sesekali gadis itu juga menendangi tas yang menghalangi jalannya, tak memperdulikan u*****n teman-temannya. Putri mah gak ribet-ribet soal kopernya karna sudah ada babu yang ngurusin.
Kalo Vino denger pasti langsung bilang, BUANGSAD!
"Woy kok elo malah duduk sama Vino, sih?!" Protesnya tak terima menunjuk-nunjuk Vino. Tanpa perduli banyak Jeni langsung mendudukkan tubuhnya disamping pemuda yang sudah tepar duluan itu. Masalahnya berat koper Putri tadi kayak ngangkut batu sama kerikil-kerikil nya juga.
"Udah sono lo cari tempat duduk, ogah gue duduk sebangku sama elo. Yang ada badan gue biru-biru ntar." Putri menginjak kaki Jeni sebelum pergi melangkah dengan tak santai. Kebiasaan buruk Putri yaitu kalo udah tidur bisa nendang, nonjok, ataupun gampar apapun yang mengganggu disekitarnya.
Putri langsung duduk di bangku paling belakang saat menyadari hanya itu sisa bangku yang kosong, melihat semua teman-temannya saling asik ngobrol dengan teman sebangkunya membuat gadis itu jadi mendesis tajam.
Dirinya berasa terkucilkan!
"Cih! Gue gak butuh temen sebangku, karna cuma Mas Elang yang boleh sebangku sama gue." Gumamnya sambil mengambil posisi ternyaman sebelum perlahan memejamkan matanya. Bisa gadis tinggi itu rasakan jika bus yang ditumpanginya mulai menyalakan mesin, tanda akan berangkat.
Tapi fokus gadis itu jadi terganggu tatkala kursi disebelahnya terasa berderit, perlahan mata gadis itu terbuka dengan kepala menoleh teratur ke kiri.
Putri mengumpat tanpa suara.
Dari sekian orang yang hidup, kenapa malah dia yang duduk disebelahnya coba. Pemuda berjaket levis oversize dengan celana jeans hitam polos itu menoleh santai, lalu ngangkat alis kanannya dengan tampang watadosnya.
"Hm, paan lo liatin gue? Gue juga tau kalo gue itu ganteng." Katanya dengan sendirinya bahkan Putri belum membuka mulutnya.
"Lo ngapain disini hah?!" Putri jadi sewod sendiri begitu ingatan soal botol minuman kemarin melintas di otaknya.
"Kemah."
"Emang lo kelas sepuluh?" Tanya Putri jadi kepo.
Banyu menatap datar gadis disebelahnya, "menurut lo."
"Trus ngapain lo duduk disini? Lo mau modus ke gue, kan!" Tuduh Putri memicing curiga.
Banyu mengerjap kecil sebelum akhirnya memegang pipi gadis itu untuk dia tolehkan ke seluruh penjuru Bus. "Lo pikir kalo ada bangku lain yang masih kosong gue mau gitu duduk disini? Kalo kepedean jangan berlebihan deh, cantik juga nggak." Banyu mencibir terang-terangan membuat Putri dengan kasar menepis telapak tangan pemuda itu dari pipinya.
"Ck, diem lo!" Desis Putri galak lalu langsung menyandarkan kepalannya dengan kelopak mata perlahan menutup. Daripada lihat tampang pemuda k*****t ini lebih baik dirinya tidur saja. Dengan begitu Putri bisa mimpi ketemu suami-suaminya yang lagi konser di Korea.
Bus yang mereka tumpangi melaju mulus di jalan aspal, perlahan kesadaran gadis itu hampir hilang. Sesaat sebelum rambut kepangnya ditarik-tarik oleh seseorang.
"Mau lo apa sih, hah?!" Putri melotot lebar dengan muka memerah kesal.
Banyu mendecak kecil menatap Putri, "ck, gue kepo aja itu rambut asli apa buntut sapi."
"Anjir! Rambut cetar gini lo kata buntut sapi!" Protes gadis itu tak terima, pliss ya .. meskipun di kepang kesan classy nya tetap ada.
"Bagusan di urai daripada di kepang." Putri mengangkat alis tinggi-tinggi saat mendengar komentar pemuda berambut sedikit gondrong itu.
"Siapa lo berani ngatur-ngatur gue?!"
"Yaudah." Banyu mengangkat bahu masa bodo lalu mulai menunduk memainkan games di hapenya.
Putri jadi mencibir tanpa suara, tapi entah kenapa dia malah mengeluarkan cermin dari tasnya dan melihat penampilannya.
Masak dirinya gak cocok di kepang sih?
Putri tanpa sadar jadi mengangkat rambut kepangannya kedepan, memiring ke kiri dan ke kanan untuk melihat apakah benar kalau dirinya lebih cocok mengurai rambut daripada di kepang. Habisnya ... menurutnya penampilan is number one.
"Nyu.." Putri menurunkan cermin nya perlahan, menyorot kearah pemuda yang sibuk menunduk itu.
"Hm," gumamnya masih sibuk menggerakkan jari-jarinya diatas layar.
"Emang gue jelek ya kalo gini?"
"Lo kan emang aslinya jelek." Balas pemuda itu tak perduli dan masih sibuk sendiri, bahkan sekarang dia jadi mengumpat kecil saat orangnya dibunuh musuh.
Putri mendelik tak terima, "sejak kapan gue jelek ha?!!" Galak nya marah, merasa tersinggung.
"Hm, ... sejak lahir mungkin-- ... aduh b*****t AFK anjing!!" Putri dengan kekesalan yang menumpuk tinggi langsung merebut benda hitam tipis itu membuat Banyu mengumpat tak suka.
"Anjir gue bisa mati itu g****k!!"
"Gue doain lo beneran mati deh."
"Ck, apasih lo apa hah?! Katanya lo gak mau diatur trus ngapain ribetin gituan?!" Tantang nya menipiskan bibir dengan mata mulai menajam.
Putri terdiam sejenak, "emang gue gak suka diatur, tapi gue gak terima lo katain jelek!"
"Kalo nyatanya jelek yha sadar diri aja sih!" Cibir pemuda itu jadi tersenyum miring, tak lupa matanya memindai penampilan Putri seolah menilai.
Putri yang masih memegang erat handphone Banyu jadi melotot lebar, "mata lo aja yang rabun, gue tuh cantik banget ya!" Sombongnya belagu.
Banyu mengangkat alis kirinya dengan wajah mencela, "cantik? Tapi kok jomblo?"
Putri melongo begitu saja, merasa tertohok sendiri. "Enak aja! Gue tuh pa-... temenan dekeeet banget sama Mas Elang!!"
"Heleh kalo kagak laku ya gak laku aja sih, gengsi amat!" Putri hanya bisa mendengus kasar mendengarnya, apalagi melihat tampang super ngeselin double k*****t nya.
"Lo juga jomblo kan? Sesama jomblo aja belagu!"
"Gue mah jomblo bukan karna gak laku, tapi emang gak minat pacaran aja." Wajah Putri tak percaya seolah mengatakan itu hanya bualan semata.
Banyu mendecakkan lidahnya lalu mengerling kecil, "liat ya!" Putri menatap tanya pemuda jangkung itu, tapi jadi mendelik saat melihat tingkahnya.
"Oey yang jaket merah!" Seorang perempuan berjaket merah didekat mereka langsung menoleh, "minta air, gue haus." Bukan hanya perempuan berjaket merah, tapi beberapa perempuan lain disana langsung memekik tertahan.
"I-ini, lo ambil aja semua." Katanya sambil menyerahkan kresek yang ditaksir berisi minuman dan jajan lainnya. Banyu mengangguk santai, menerimanya tanpa merasa bersalah karna telah mengambil jatah jajan gadis itu.
"Thanks." Dengan seulas senyum segaris langsung membuat beberapa perempuan lain saling dorong-dorongan. Dan yang lebih menggelikan lagi mereka semua berbondong-bondong menyerahkan dari mulai snack, sampai bekal mereka masing-masing.
Banyu tersenyum menang kearah Putri, "see??"
Putri memalingkan wajah, merasa kalah telak. Memang apa gantengnya sih bocah itu? Bahkan dia gak ada apa-apanya dibanding upilnya Mas Elang.
"EH?!" Cicit Putri hampir memekik saat tiba-tiba Banyu menarik karet rambutnya membuat kepangannya terlepas begitu saja. Belum lagi saat Putri menoleh dan ternyata jarak wajah mereka sudah berdekatan, bahkan hidung gadis itu menempel ke pipi Banyu.
Tangan kiri Banyu terangkat, kembali menarik kepangan Putri yang lainya membuat rambut gadis itu terurai cantik. Putri berkedip-kedip polos dengan mata bulatnya yang sedikit melebar.
Banyu menarik sebelah sudut bibirnya, "ganteng banget kan gue?" Dan selanjutnya pemuda itu sudah kembali duduk di tempatnya tadi sambil menunduk memainkan games nya.
Putri mengerjap mulai tersadar, sejak kapan Banyu ambil HP-nya?!!
***
TBC.
Mas Elang lagi ku simpen buat ledakan. HAHAHAH!!!