07: Untung Atau Buntung?

1145 Kata
"Gue baru tau kalo lo bisa sesinting itu!" Cibir Vino tak habis pikir, setelah kejadian 'luar biasa' di kantin tadi, Vino langsung menyeret gadis itu pergi dari sana. Membawanya ke roftoop gedung. "Gue udah tau dari dulu!" Jeni menunjuk-nunjuk Putri dengan kerlipan jengah. Putri mendesis kesal, usil sekali sih cuprit-cuprit ini! "Habisnya gue keseeel banget sama tuh cewek, sok-sokan alim padahal mah .... CUIH!" Gadis yang kini tengah dihakimi dua temanya itu mendecih dengan iris mata yang menajam. Tak rela saat bayangan Rensi dengan muka sok lugunya yang tengah caper ke Elang. Vino menggedik lelah, "cari cowok lain aja deh Put, kasian gue lama-lama liat elo yang kayak gini," Vino menggeleng prihatin. Jeni melepeh permen karetnya lalu mengangguk setuju, "hm, bener banget tuh Vino. Lagian Mas Elang itu batu bukan manusia, jadi nggak punya hati." Sahut gadis itu menggurui. Putri mendelik kearah Jeni dan Vino. Nyerah? "ENAK AJA!" Vino dan Jeni langsung memundur seketika, gadis itu jadi meraung kayak kucing garong. "Mas Elang tuh aslinya baik, cuma caranya aja yang sedikit 'beda'." Jelas Putri dengan sangat yakin. Vino dan Jeni menggeleng kasian, otak gadis itu sudah terkontaminasi dengan virus kegantengan Elang. Elang emang ganteng .... banget malahan. Tapi sayang, sifatnya ngalahin titisan Kakek lampir! "Woy mau kemana lo?!!" Pekik Jeni langsung begitu Putri berjalan melewati mereka. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi dan Putri yang sedang depresi ini entah akan melakukan hal gila apa lagi. "BOLOS!" Sahutnya cuek lalu langsung hilang di belokan pintu. Putri tak mengindahkan panggilan dua temanya itu yang terus meraung-raung tak karuan. Bodo amat! Dirinya sedang betmut!! Langkah kaki gadis itu berhenti di halaman belakang gedung, tepat saat bel masuk berbunyi. Tapi niatan gadis itu sudah bulat, dirinya benar-benar ingin membolos. Bolos sekali gak masalah kan. "Ck, gue harus bikin taktik baru nih buat modus ke Mas Elang." Bibir mungil itu menggerutu tak jelas, kelereng coklatnya bergulir tak tentu arah mengamati pepohonan rimbun disana. Kursi besi yang didudukinya memberikan efek dingin yang menjalar ke tubuhnya. "AAARG!! Gila beneran nih gue lama-lama!!" Dengan kesal Putri mengacak surai coklatnya membuat poni ratanya yang sempat tertata rapi langsung berantakan tak karuan. Srek... Mata Putri langsung mendelik kecil, kepalanya dia putar ke kanan, ke kiri memastikan darimana suara itu berasal. "Woy! Siapa itu?!! Kalo setan jangan nunjukin diri soalnya gue alergi kejelekan. Tapi kalo cogan gue mah welcam!!" Saking sintingnya, membuat kalimat abnormal itu meluncur bebas dari bibirnya. Srek... "SAPA LO HAH?! MAJU GAK LO, SINI JANGAN BERANINYA MAIN BELAKANG!!!" Putri berdiri dari tempat duduknya, mengelilingkan pandangan untuk memastikan siapa yang sedang menjahilinya. Lengan bajunya sengaja dia sisingkan biar otot lenganya terlihat, wajahnya berubah jadi sangar menyeramkan. "Ck! Berisik anjing!" Putri melompat kaget, perlahan pandanganya dia dongakkan ke atas. And bingo!! Ada sesosok orang yang tengah tiduran di ranting pohon, dia tampak sangat santai tak menghiraukan jarak tanah dengan tempatnya yang berpaut 4 meteran. Putri berkedip horor di tempatnya. "Lo ngapain disana?" Tanyanya penasaran. Pemuda dengan wajah yang belum terlihat olehnya itu masih tampak anteng di tempatnya. "Berisik lo ah! Ganggu orang tidur!" Balasnya sengit, Putri masih mendongak. Kali ini kakinya menghentak tanah dengan kesal. "Jadi elo yang nakutin gue tadi? Cih!" Putri mendecih pelan, pemuda yang merasa aktivitasnya terganggu itu langsung mendudukkan dirinya. Badanya mengulet sebentar lalu dalam sekali hentakan tubuhnya sudah berada di depan Putri. Gadis itu sampai memundur selangkah. Dia anaknya Spiderman apa?! Kali ini perawakan pemuda itu sudah terlihat jelas, wajahnya biasa aja soalnya yang paling ganteng menurut Putri cuma Elang. Tubuhnya terlalu bagus untuk ukuran anak SMA. Tatananya sangat berantakan, seragam keluar, tak pakai dasi, dan rambutnya acak-acakan seperti tak pernah disisir. Tapi kok .......... kesanya malah keren? "Suara lo tuh berisik! Ganggu banget!!" Ketusnya sambil maju-maju mendekati Putri, mata sipit pemuda itu memicing tajam. Bibir berisinya nampak mendecih kasar. Putri tak gentar, dia malah ikut-ikutan maju membuat jarak keduanya makin menipis. "Kalo lo gak ngagetin gue, ya gue nggak berisik!" Tunjuknya tepat didepan hidung bangirnya. Dengan kasar tangan Putri langsung ditepis olehnya, suara cepakan keras langsung terdengar. Putri meringis, yang bener aja tanganya langsung memerah ngilu. "Jangan berani lo nunjuk-nunjuk gue!" Desisnya sedikit menunduk, tinggi mereka tak terlalu anjlok karna memang Putri yang memiliki tinggi diatas rata-rata gadis pada umumnya. Putri masih merintih, meratapi nasib tanganya. "Sakit tauk tangan gue!" Adunya sambil mengusapi tangan memarnya itu. Cuma ditepis doang efeknya kenapa bisa sehoror ini deh?! Pemuda itu mengangkat sudut bibirnya mengejek, "cih, lembek amat. Baru digituin udah mau nangis!" Sindirnya keras. Putri mengangkat wajahnya, raut mukanya langsung sangar seketika. "Apa lo bilang? Ayo sini gelud sama gue, kita lihat siapa yang menang!!" Raungnya sambil maju, mencoba mendorong-dorong, meninju-ninju, sampai menendang-nendang pemuda itu. Tapi ... kenapa tubuh Putri yang malah kesakitan sendiri? Bahkan pemuda itu tidak berpindah sesenti pun dari tempatnya. "Gini doang?" Ejeknya membuat Putri mencebik kesal, perasaan pas dirinya hajar Vino selalu menang. Tapi kali ini kok dia kalah? "Badan lo kok keras banget sih, makan batu ya lo!" Putri akhirnya menyerah, seharusnya Putri tau kalau tubuh proporsionalnya karna dia rajin olahraga. "Makanya jadi cewek tuh yang kalem dikit, bukan kayak preman pasar gini. Hm." Tangan pemuda berambut coklat pirang itu maju, menjitak keras dahi Putri membuat gadis itu menjerit kesakitan. Rasanya otaknya ikut tersentil juga. "Jahat banget sih lo! Badan gue sakit semua ini!" Putri tidak bohong, sekujur badanya jadi cenat-cenut karna mencoba menghajar pemuda yang bahkan tak merasakan apapun itu. "Jahat? Lo belum tau gimana jahatnya gue," suara rendahnya membuat Putri langsung meneguk ludahnya susah payah. Apalagi saat tatapan membunuhnya yang menguncinya dalam-dalam. Tubuh dan mulut Putri mendadak diam membisu. Pemuda itu hendak memajukan tubuhnya tapi tiba-tiba dia mendecak kesal dan berlalu begitu saja dari sana. Putri mengerjap linglung. Barusan dia dihipnotis, ya?!! "PUTRI!" Belum juga kesadaranya pulih seutuhnya, sebuah suara langsung mengagetkanya begitu saja. Putri berkedip-kedip beberapa kali lalu perlahan memutar tubuhnya, menghadap kearah suara. JDEEERRR!! Elang didepanya nampak bersedekap, kaki jenjangnya maju mempertipis jarak diantara mereka. "Mas El--ang..." "Ngapain kamu disini?" Iris kelamnya langsung melotot tajam, bibirnya menipis dengan rahang mengetat. "Bolos." EH? Lah kok malah ngaku sih g****k!! "Bolos?! Kenapa kamu bolos?!!!" Sekarang kesadaran Putri telah terkumpul seutuhnya, Elang yang notabenenya Ketua OSIS pasti sangat anti dengan yang namanya pelanggaran. "An-u ... i-itu perut aku sakit Mas, aduh..duh..." dengan gaya drama queennya, Putri langsung meremat perutnya sambil mengaduh lebay. Elang mengangkat sebelah alisnya. "Kamu kira gunanya UKS buat apa?" "Buat orang sakit lah Mas!" "Terus kenapa kamu disini sekarang?" Putri kicep seketika, ah sudahlah .... gak bakal ampuh kalau ngibulin orang ber IQ tinggi seperti ini. "Ayo ikut aku, kamu harus dihukum!" Elang menarik kasar tangan Putri membuat gadis itu langsung menjerit ngilu. Elang berhenti seketika, menurunkan pandangan melihat tangan gadis itu. "Tangan kamu kenapa?" "Tadi ada orang jahatin aku!" Adunya dengan wajah sok teraniaya, membuat Elang mendengus kasar tapi setelahnya kembali menarik tangan mungil gadis itu. Tapi kali ini dengan lebih lembut. "Ayo kita obati." Ujarnya datar. **** TBC. The rival? HAHAHA!!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN