13: Something Unexpected

1595 Kata
"SEMUANYA CEPAT BERKUMPUL!! AYO-AYO CEPAT BANGUN!!" PROK PROK PROK!!! Pagi itu suara teriakan menggema di seluruh tempat kemah, membuat semua anak dari yang baru bangun sampai yang masih mimpi pun langsung terlonjak kaget. Putri yang sudah bangun langsung buru-buru mengguncang tubuh teman-temannya namun sia-sia karna teman-temannya tidurnya udah kayak orang mati. "WOY BANGUN, KALIAN PIKIR INI LAGI PIKNIK APA?!!" Jeni, Ikma, Devi, dan Jey langsung terduduk dengan mata seperti hendak melompat dari tempatnya saat ada panitia yayang menyingkap tenda mereka dan membentak keras. "MASIH DISINI?!" "I-IYA-IYA MBAK!" Pekik semuanya kompak dan dengan serentak berlari tunggang langgang ke tengah tanah lapang yang ada disekitar sana. Bukan hanya mereka yang masih bermuka bantal, ternyata semua anak lain juga berpenampilan sama seperti mereka. Bahkan ... ada yang masih merem pas jalan. "Ini panitia kurang kerjaan banget sumpah! Kita bahkan belum cuci muka!" Dengus Jeni sambil mengelap ilernya, Putri mengernyih jijik melihatnya lalu sedikit menyingkir memberi jarak. "Salah siapa lo tidur kayak orang sekarat!" "Eee anjir!" Umpat Jeni menyahuti, setelah kesadarannya perlahan terkumpul gadis itu menatap Putri teliti, mata sipit nya memicing tajam. "Lo nggak tidur ya?" Tebaknya saat melihat kantung mata yang melingkar mengerikan di area mata Putri. "Kok tau?" "Tuh muka lo mirip persilangan zombie sama panda!" Putri mendelik tak terima, memegang muka nya khawatir. Sialnya cermin kesayangannya ketinggalan di tanda membuatnya jadi tak bisa melihat wajahnya sendiri. "Kenapa lo nggak tidur?" Tanya Jeni jadi penasaran. Putri terdiam sejenak, lalu mulai bergerak-gerak kacau saat mengingat kejadian malam kemarin. "Aaah ... gara-gara siapa lagi sih Jen kalo gue jadi gila gini!!" Racaunya mengacak-acak rambut menggila. Jeni mengangkat alis tinggi, dengan mata memutar berpikir. "Mas Elang?" "Iyalaaa..." Jeni malah melengos tak percaya, mencibir tanpa suara kalau gadis itu sedang halusinasi. Masalahnya bukan sekali dua kali Putri selalu bilang begini, gadis itu kan terlalu fanatik sama Mas Elang makannya sampai sinting gini kelakuannya. Pikir Jeni sudah tak percaya. "SEMUANYA BERKUMPUL KESINI!" Putri dan Jeni tersentak kompak, lalu melangkah bergerumbul ke barisan anak-anak lain. Didepan barisan berjajar para panitia yang terdiri dari anggota OSIS dengan Elang yang berdiri paling depan. Berdiri tegak dengan penuh percaya diri. "Pagi ini kalian akan melakukan penjelajahan alam!!" Semua orang langsung memekik rusuh, dan heboh tak karuan. Lagian yang bener aja dong! Baru juga bangun tidur belum ngapa-ngapain masa langsung jelajah alam aja? Itu si Elang juga gak kasih salam pembukaan dulu gitu. "YANG KEBERATAN SILAHKAN ANGKAT TANGAN!!" Bentak Mbak-mbak panitia yang selalu ngegas itu, kalau tidak salah namanya Mbak Anggun. Namanya aja yang Anggun tapi kelakuannya mirip Tarzan. Semua anak jadi terdiam, tak berani berontak melawan macan betina yang sudah mendelik tak santai itu. "Kalian akan dibentuk beberapa kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, lalu menjelajah ke jalan setapak disana. Tidak perlu cemas karna akan ada penunjuk arah disetiap jalan!" Kali ini Rensi yang maju menjelaskan. Putri mendecak malas sambil menguap ngantuk mendengar cerocosan Rensi, kenapa sih gadis itu nggak minggat aja dari sana. "Oke, kita akan mulai bagi kelompoknya sekarang!" Dan semua orang saling berbaris rapi satu sama lain. *** Putri melangkah terseok-seok dengan lesu, batang kayu yang dia jadikan tongkat penyanggah sesekali hampir tergelincir dan membuatnya nyaris terpeleset. INI JALAN APAAN SIH?!! Udah banyak batuan, lumpur, ditambah becek-becekan yang sangat menjijikkan. Jeni yang sudah berjalan didepan jadi menghentikan langkah dan memutar kepala menatap jengah Putri yang posisinya paling belakang. Dengan sabar Jeni kembali mundur menghampiri sahabatnya itu. "Pliss deh Put, ini kita paling belakang sendiri loh!" Decak Jeni menunjuk gerombolan kelompok mereka yang sudah jauh didepan. Putri berjongkok lelah, mengusap buliran keringat yang mengucur disekitar dahi dan pelipisnya. "Hosh ... hah ... gak ku-at gue Jen, capek gilak!" Adunya merengek kesal. Jeni berkacak pinggang tak percaya, lalu menarik tangan Putri agar berdiri meski sempoyongan. "Bodo amat pokoknya gue gak mau ketinggalan cuma gegara elo, ayo kita jalan sekarang!" Putus Jeni seenak jidat nya sambil menyeret-nyeret paksa tangan Putri. "Aaah capeeek Jeen!!" "Lebay lo!" "Capeeek!!" "Ck!" Jeni menghentikan langkah kesal, "tauk ah gue tinggal yha lo, BYE!" Jeni serius meninggalkan Putri, membuat Putri melongo tak percaya. Wah .. kebangetan banget nih bocah! Gak bespren banget! Jeni tak terlalu khawatir meninggalkan Putri, lagian jalan disini kan diberi penunjuk arah jadi seharusnya gadis itu bisa sampai dengan selamat. Putri yang seorang diri tempat itu jadi mendengus kesal dengan kaki menendangi batu emosi. Kenapa gak ada yang ngerti penderitaannya sih. Tau gini harusnya dirinya minta Kakeknya bawain dia asisten. Haaaah .... Putri jadi menyesali telah ikut acara menyebalkan begini. Putri mulai kembali melangkah dengan gontai, sedikit tersandung-sandung yang membuatnya hampir terguling di tanah kotor itu. Berapa waktu berjalan Putri jadi menghentikan langkah, mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan dahi berkerut-kerut. "Kok ... gak ada arah penandannya?" Gumam gadis berjaket kulit bulu tebal itu menggaruk pelipis. Didepannya ada dua jalur tapi tidak ada arah penandannya, kok bisa? Putri mengerucutkan bibirnya kecil, dengan tangan mengacung-acung ke kanan dan ke kiri. "Cap cip cup kembang kuncup!" Tangan gadis itu berhenti di jalur kanan, dengan yakin tanpa keraguan gadis itu melangkah santai ke jalur kanan. Mungkin bila ada Vino dan Jeni mereka akan menyumpahi KEGUOBLOKAN Putri. Beberapa saat setelah kepergian Putri dua orang gadis yang berdiri di balik pohon keluar, lalu memasang kembali arah penanda jalan yang sempat disembunyikan dibalik semak-semak. "Ini beneran gak papa?" "Ck, santai aja. Palingan tuh bocah cuma kesasar doang. Biar kapok si anak manja itu!" Mereka berdua lalu melangkah pergi dengan tergesa-gesa sampai menabrak tubuh seseorang. Bruk! "Eh maaf Dek!" Pemuda yang berjalan santai dengan handset yang melekat di telinganya itu hanya mengangguk acuh membuat dua orang didepannya tadi buru-buru pergi dengan langkah seperti hampir berlari. Banyu mengerutkan keningnya samar, lalu menggedik asal dan melanjutkan langkahnya. *** Jeni yang sudah meminum air mineral gelas ketiganya itu berdiri dari duduknya, beberapa kali nampak berdecak gusar dengan wajah pias. Ini sudah kelompok terakhir yang berkumpul di pos penjagaan, tapi batang hidung Putri masih belum terlihat. "Gimana Jen? Coba lo calling-calling deh!" Saran Vino yang memang sudah ada disana sejak tadi, karna Vino adalah kelompok pertama. Jeni menoleh sinis, dengan muka seperti ngajak tawur. "Gobloknya elo kebangetan ya! Di hutan mana ada sinyal?!" Ujarnya jadi membentak sebal. Vino memanyun kecil, memundur dengan tubuh menciut. "Ya kan gue cuma kasih saran doang!" "Saran lo nggak guna!" Sembur Jeni lalu melenggang pergi diikuti Vino yang mengekor dibelakangnya. PROK PROK PROK!!! "SEMUANYA KUMPUL SEKARANG!!!" Bentak Mbak Anggun garang seperti biasa, semua anak yang sedang duduk istirahat berbondong-bondong mengumpul kearah suara. "Gimana? Ada yang belum ngumpul?!" Tanyanya mengedarkan pandangan. "Nggak--" "ADA-ADA!!" Pekik Jeni histeris membuat seluruh orang menatap kearahnya, Vino yang berada disebelahnya sontak menyikut Jeni, merasa malu dengan tingkahnya. Anggun yang mendengar pekikan cempreng Jeni sontak mendekat kearah Jeni. "Ada yang belum balik? Siapa?" Tanyanya saat seluruh panitia sudah mulai bergerumun mengelilingi Jeni. "Putri belum balik?" Tebak suara bass di belakangnya membuat Jeni menengok cepat. Bisa melihat Elang yang melangkah kearahnya. "Iya Mas! Putri belum balik, huwaaa ... harusnya gak aku tinggal tadi. Aku lupa kalo Putri kan otaknya lemot!" Rengek Jeni mengguncang tubuh Elang tak tau malu, semua orang mendelik tak santai melihatnya. Terutama kaum perempuan yang belum tau kalau Jeni adalah Adik kandung Elang. Elang melepaskan tangan Jeni pelan, menatap datar Adiknya. "Dimana kamu terakhir ninggalin dia?" Tanyanya serius. Atmosfer disana mulai terasa memberat. "Di sekitar jalan yang becek-becek itu Mas." "Kamu tunggu disini, Mas akan cari dia." Elang menatap panitia lain yang sedang memandang kearahnya. "Kalian lanjutkan acara nya, aku akan pergi urus masalah ini!" Perintahnya sebelum melangkah pergi dengan beberapa pandangan aneh yang menyorot kearah Elang. *** Putri memutar kepala, menyorot pepohonan yang rimbun di sekelilingnya dengan wajah memucat. Kenapa semuanya jadi tampak sama. Dimana jalan masuknya tadi? Lalu kenapa tidak ada jalan keluarnya? Putri menggenggam batang kayu ditangannya semakin erat, mulai meneguk ludah panik karna menyadari kalau hari mulai gelap. "Ke-kenapa gak ada orang?" Gumam gadis itu menggigit bibir bawah kuat, matanya mulai berkaca-kaca antara lelah, lapar, dan ketakutan. Semuanya seolah mencampur menjadi satu. "HALO!! APA ADA ORANGGG!!!" Suara teriakan nya menggema ke telinga nya sendiri, seolah tempat itu memang jauh dari makhluk hidup lain. Putri mulai gemetaran, memegang perutnya yang serasa ditusuk ribuan duri. Gadis kurus itu terjatuh lemah, menyender di pohon besar yang kebetulan ada dibelakangnya. Dengan mata berkunang-kunang, tidak lama pandangannya menggelap disela-sela suara serangga yang berbunyi nyaring disana. "Sayang kamu harus hidup ya." Seorang wanita muda cantik memeluk erat anak kecil berkuncir dua. "Aku kan memang pengen hidup, sama Mama sama Papa." "Sayang kamu dengerin Papa," anak kecil itu menatap kearah Papanya yang tengah gemetaran memacu mobil mereka. Kenapa Papanya ngendarain mobil kencang begini, gak takut nabrak, ya? Bocah berumur lima tahun itu memandang polos Papanya. "Kita habis ini mau main tabrak-tabrakan." Bocah itu mengerutkan alis bingung, "jadi siapa yang gak buka mata sampai akhir dia yang menang!" Lanjut Papanya dengan senyuman aneh. Bocah itu semakin mengerut tidak paham, "jadi selama Putri gak buka mata Putri bakal menang?" Tanyanya lugu yang diangguki cepat Mamanya. "Sekarang!" "Tutup mata kamu sayang!" Mama dan Papanya tiba-tiba memeluk erat tubuh bocah itu sampai tidak lama kemudian suara tabrakan diiringi hantaman yang keras terdengar mengerikan. "Jangan buka mata kamu sampai permainan habis sayang!!" Putri terbangun dengan nafas terengah-engah, dia langsung menekan d**a kirinya kuat-kuat saat merasakan sesak disekujur tubuhnya. Tangan dan bibir gadis itu memutih mengerikan dengan keringat mengucur hebat disekujur tubuhnya. "Aghh ... hah.. hah.. Arghh!" Gadis itu terjatuh naas ke tanah dengan posisi menggeliat kesakitan. "ARGGGHH!!!." Erangannya semakin menjadi dengan tubuh gemetaran hebat dan rasa ketakutan yang dahsyat. "PUTRI!!" Dan seseorang yang baru datang itu langsung berlari kearahnya dan memeluk erat tubuhnya. Putri memeluk erat tubuh orang itu. "P-putri gak buka mata, Pu..tri me-nang." *** TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN