Siang itu Slamet baru saja kembali dari ladang, terkejut saat melihat Tejo sudah menunggu di depan teras rumahnya dengan tampilan rapi. Entah berapa lama teman masa kecilnya itu telah menunggu, sampai kopi yang disuguhkan di atas meja untuk Tejo sudah terlihat dingin. “Mau ke mana? Rapi bener,” ujar Slamet memulai obrolan sambil meletakkan cangkul yang tadi pria itu disampirkan di bahu kanannya ke lantai rumahnya yang masih berupa tanah. “Main ke sini doang, tidak boleh memangnya?” Slamet berdecak secara terang-terangan mendengar jawaban Tejo barusan. Mana ada ceritanya Tejo rela sampai menunggunya pulang kerja jika pria itu tidak menginginkan sesuatu? Berteman sejak kecil membuat Slamet hafal di luar kepala bagaimana sikap Tejo selama ini. “Di usir Lastri kamu karena ketahuan main duk