Esoknya, Sanan serta istrinya menanyakan pada beberapa tetangga mengenai makam sang mantan istri. Namun karena kematian itu sudah terjadi puluhan tahun yang lalu, tidak ada satupun orang yang tahu. "Mungkin makamnya sudah bertumpuk dengan rumput liar dan tanaman-tanaman yang lainnya, Pak. Makanya tidak ada yang mengenalnya lagi." Sang istri memberikan pendapat. Mendengar perkataan istrinya, kepedihan di hati Sanan semakin terkeruk dalam. Kezaliman yang sudah dia lakukan tak hanya pada orang yang sudah hidup, melainkan saat berdiam di tanah pun, dia masih dzalim pada mantan istrinya. Andai saja, dia memiliki keberanian untuk pulang, atau dia pulang saat mengetahui kematian sang istri, mungkin dia masih bisa merawat makam almarhumah istrinya tersebut. "Terus kita kemana lagi, Pak dhe?"