Saat membuka kedua mata, Ara melihat senja yang begitu indah lewat jendela kamar vila. Senyum terukir kala ia melihat Raka yang masih terlelap. Keduanya berada di bawah selimut yang sama, tanpa sehelai benang pun. Tangan Ara terulur untuk menangkup satu pipi Raka, mengusapnya lembut. Dalam hati, Ara tidak berhenti merapalkan doa untuk diberi yang terbaik padanya dan Raka sekali pun. Raka tampan, hati Ara tidak berhenti memuji pria itu. Senyum Raka juga sangat manis, membuat Ara selalu merasa senang setiap menerima senyum yang jarang sekali Raka tampilkan. Ara sadar bahwa ia yang membuat Raka tidak tersenyum lagi. Ara terlampau sadar bahwa dirinya adalah kesalahan yang Raka buat sehingga membuatnya kesusahan. Tapi Ara tidak bisa melakukan apa apa selain menurut rencana Raka. Perasaa