Masih menatap kosong pada lantai kamar apartemennya, diiringi setitik cairan bening yang memaksa keluar dari sudut matanya. Pria itu, akhirnya menangis. Menangisi dirinya sendiri yang tengah diambang dilema. Langkah apa yang harus ia tempuh agar tak menyakiti dua wanita paling berharga dihidupnya. Maharani adalah belahan jiwanya. Cintanya yang membuatnya damai dan ingin menghabiskan sepanjang hidupnya dengan wanita itu. Sementara Maminya adalah surganya. Tempat kala ia meminta kedamaian dari bisingnya dunia. Meminta doa yang diamini Tuhan untuk kebaikan hidupnya. Kini justru sang ibu yang begitu dihormatinya mempermasalahkan pernikahannya dengan Maharani. Pria itu sadar, wanita yang dinikahinya memiliki masa lalu suram. Tapi sungguh, ia sendiri tak mempermasalahkan masa lalu wanita itu.