“Apa kalian mendengar suara yang sama?” tanya Zea dengan tubuh mematung. Hugo yang hendak berjongkok pun ikut mematung dengan satu kaki setengah berdiri, kedua tangan seakan melayang di udara. “Seperti suara … hewan besar. Tapi, apa itu hewan? Tapi, kenapa …” ucapan dr. Viona berhenti sesaat. Suara tersebut menggema seakan hutan ini adalah ruangan kosong melompong. Bagaimana mereka tidak takut, kalau kenyataan justru terbalik tapi suara tersebut semakin jelas terdengar. Keringat mulai membasahi kening masing-masing. Pasang mata ketiganya mulai jeli melihat ke kanan, kiri, atas, dan memperhatikan pepohonan di sekitar mereka. Pada saat seperti ini, bukan hewan buas yang ada di benak dr. Viona dan Zea, melainkan hewan lain yang mungkin ukurannya lebih besar, yang belum pernah mereka lihat