“Aku lelah sekali. Perutku lapar,” ujar Hugo sambil menekan perutnya. Zea tetap fokus berjalan sambil memperhatikan tumbuh-tumbuhan yang mereka lalui. “Kita berhenti sebentar saja, Zea. Kasihan Hugo,” ucap dr. Viona mendekati Hugo. “Kau masih bisa bertahan 5 menit ke depan? Siapa tahu di seberang sana kita menemukan pohon buah,” sambung dr. Viona seraya menyemangati Hugo dengan kalimat yang hampir sama seperti beberapa menit lalu. Hugo menghela napas kasar, “Sudah berjam-jam kita berjalan mengitari hutan ini, Dokter. Tapi hasilnya nihil. Jangankan sumber makanan, sumber air pun kita tidak bisa menemukannya.” Zea menoleh ke arah Hugo. Dia tersenyum tipis. “Tenanglah, Hugo. Nikmati saja perjalanan kita. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Kau yakin kalau Axton berada di