"Kau serius, Mika?" tanya Jordan dan aku mengangguk yakin.
"Ada apa memangnya? Apa itu aneh?" tanyaku.
Jordan terlihat melamun sebentar sebelum berdiri dengan tiba-tiba. Aku akhirnya juga ikut berdiri dan menatapnya bingung.
"Apa kau bisa meminta izin pada orang tuamu, Mika?"
Aku memiringkan sedikit kepalaku. "Izin apa?"
Jordan memegang lenganku dengan kedua tangannya sembari berkata, "Kita akan menginap selama dua hari, ketempat keluargaku karena yang kau alami saat ini tidak biasa," jelasnya.
"Apakah itu artinya aku akan bertemu vampir lainnya?" tanyaku penasaran sekaligus antusias.
Aku penasaran dengan vampir yang lain. Apakah mereka masih muda semua atau tua dan kolot? Aku benar-benar ingin mengetahui dunian vampir lebih lanjut, sangat ingin.
"Ya, pastinya."
Mendengar itu aku mengangguk mantap. "Baiklah, akan aku usahakan."
Jordan tersenyum. "Kalau begitu aku akan menjemputmu jam 7 pagi besok. Tidak usah bawa apa-apa karena kau tidak memerlukannya," jelasnya.
"Tapi mungkin aku akan membawa tas agar Jared benar-benar berpikir aku camping." ujarku.
"Apa maksudmu, Mika?" tanya Jordan yang sepertinya bingung dan tanganya tidak lagi berada di lenganku.
"Berbohong, aku membutuhkan alasan dan pastinya sebuah kebohongan. Jika tidak, Jared tidak akan pernah mengizinkanku. Itu pilihan satu-satunya."
Jordan menggeleng sembari memegang batang hidungnya. "Aku tidak ingin cara itu, Mika. Tapi, jika itu satu-satunya cara, bagaimana lagi? Lakukanlah."
Aku mengepalkan tanganku dan berkata, "Yes!"
Sudut bibir Jordan terangkat. Ia menatapku lembut. "Kalau begitu kita pulang sekarang, agar kau bisa meminta izin pada orang tuamu."
Aku mengangguk dan menarik tangannya, "Ayo," sahutku dan kami berlari menuju rumahku.
"Jangan lupa jam 7 pagi, Mika." ingat Jared padaku dan aku membalasnya dengan jari yang membentuk 'Ok'.
Aku memasuki rumah dan berlari mencari mom. Kulihat mom sedang bersantai di tepi kolam renang, ia membiarkan kakinya terkena air sembari melihat majalah kesukaanya.
Aku memeluk mom dari belakang, tampak ia terkejut karena kehadiranku. Mom menoleh padaku dan tersenyum.
"Sudah pulang, sama siapa?" tanya mom.
"Jordan," jawabku.
Aku akhirnya ikut memasukkan kakiku kedalam kolam renang dan memeluk lengan mom manja. Ini adalah siasatku setiap menginginkan sesuatu.
"Ada yang kau mau, Mika?" tanya mom yang sudah hapal dengan sifatku satu ini.
Aku menampakkan deretan gigi putihku sembari mengutarakan niatku. "Aku ingin ikut camping, maukah kau mengizinkanku?"
Mom terlihat berpikir, "Kenapa tidak kau izin saja dahulu pada Jared, jika ia membolehkanmu maka begitu juga denganku," jelas mom.
"Baiklah, aku akan tanya Jared."
Aku berdiri dari tepi kolam renang itu dan meninggalkan mom yang masih ingin bersantai. Aku dengan cepat berlari kelantai atas dan menuju ruang kerja Jared. Kuharap ia sudah pulang dari kantor.
Dengan pelan aku mengetuk ruangannya. Ini sudah kebiasaan yang selalu diterapkan Jared karena ia sering sekali emosi tiba-tiba dan tidak ingin diganggu.
"Masuk!"
Tanpa tunggu lama, aku segera masuk dan berlari menuju Jared yang kini tengah membaca file berkasnya. Aku berdiri di depan meja sembari tersenyum menampakkan gigiku.
"Katakan," ujar Jared.
Semua orang di rumah ini memang hapal sifatku.
"Aku ingin ikut camping, maukah kau mengizinkanku?" tanyaku.
"Dengan siapa? Jangan bilang dengan pria berandalan kemarin?"
Dengan cepat aku menggeleng. "Tentu saja tidak! Ini program sekolahku, kumohon. aku ingin ikut dan mendapatkan teman lebih banyak lagi," bohongku.
Keterlaluan memang, tapi cuman ini yang bisa membuat Jared mengizinkanku. Jared meletakkan file berkas yang tadinya ia baca. Ia menatapku serius kali ini.
"Kau yakin ingin pergi?" tanya Jared.
Aku mengangguk cepat, "Tentu saja," jawabku yang terlalu antusias.
Tiba-tiba senyuman Jared mengembang. "Pergilah," ujar Jared.
"Yeay! Terima kasih, Jared!" teriakku.
"Aku akan pergi pagi besok, aku harus bersiap-siap dulu!" ujarku pada Jared sembari berlari ke kamarku.
Aku mengambil tas dan memasukkan baju, laptop, dan yang lainnya. Tapi bukankah Jordan tadi mengatakan tidak usah bawa apa-apa? Lantas apa yang harus kuisi dalam tas itu supaya terlihat banyak isinya dan Jared percaya jika aku pergi camping?
Aku kembali mengeluarkan isi tasku, aku harus berpikir. Apa aku panggil saja Jordan biar ia bantu aku berpikir. Jangan, aku tidak mau menganggunya. Kalau begitu aku isi dengan kertas yang kubuat hingga membentuk bola.
Setelah selesai, aku segera mandi. Tentunya air hangat dan busa membuatku santai, aku dapat merasakan ketenangan saat ini.
Aku tidak boleh berlama-lama mandi, karena aku kudah sekali tertidur jika nyaman. Karena itu aku segera menyelesaikan acara mandiku.
Piyama kesayanganku telah terpasang di tubuhku, malam ini kuyakin bisa tertidur dengan nyaman. Aku tidak sabar menunggu hari esok.
Sebelum tidur, aku ingin makan malam dahulu. Sudah kebiasaan keluarga kami jika makan harus bersama-sama dan pola makan sangat teratur. Aku mendapati Jared dan Logan telah duduk di meja makan, sedangkan mom masih mengaduk masakannya.
"Apa menu kali ini mom?" tanyaku.
"Spageti carbonara, kau suka?"
Aku benci spageti.
"Tidak, aku ingin ayam, pizza, dan semacamnya. Aku benci spageti!" kataku lebih tepatnya merengek.
Jared menatap datar. "Kenapa tidak kau beli saja sendiri, Mika. Aku juga ingin ayam, usahakan pulang cepat," ujar Jared membuatku senang.
"Kenapa tidak delivery saja?" tanyaku yang sebenarnya enggan keluar dari rumah.
"Aku tidak suka pengantar makanan itu, ia sering kali salah memberikan kita pesanan. Lebih baik kau saja yang pergi, tempat itu tidak jauh dari sini."
Aku berdecak dan sedikit enggan. aku berdiri dari dudukku lalu pergi kearah garasi, mengambil sepedaku dan memakai helm untuk keselamatan. Ya, aku seperti bocah, masih memakai sepeda saat mereka sudah boleh mengendarai mobil.
Aku mengayuh dengan cepat. Restoran cepat saji itu jaraknya 1 km dari rumah, tidak terlalu jauh menurutku. Saat tiba, aku memakirkan sepedaku ditempat parkir khusus sepeda yang telah disediakan.
Aku langsung saja masuk kedalam restoran. Malam ini pengunjungnya cukup ramai, namun aku tidak peduli, yang kupedulikan adalah antrian yang panjang ini. Aku segera mengantri, sedikit kesal karena pria yang kini sedang memesan makanan didepan sana sangat lama memilih.
"Bisakah kau memilih dengan cepat?!" kesalku, membuat pria itu menoleh dan aku tahu hal ini akan semakin buruk saat melihat senyuman itu.
"Mika!" teriaknya dan terlihat senang.
Semua perhatian kini tertuju padaku dan aku malu. Aku memilih menunduk dan seolah-olah tidak mendengar. Dalam hati, aku memohon agar pria itu tidak lagi memanggil namaku.
Namun perkiraanku salah, tanganku tiba-tiba saja tertarik dan yang menariknya adalah pria itu, aku hanya bisa pasrah saat ia membawaku ke depan counter makanan itu.
"Mika, apa yang harus kupilih kemtang goreng atau burger?" tanya Herry.
Aku memberi tatapan datarku padanya. "Kenapa tidak kedua-duanya?" balasku bertanya.
Herry mengangguk, itu ide bagus. "Aku pesan keduanya," pesan Herry pada pelayan itu.
"Dan kau?" tanya Herry padaku.
Aku berpikir, mungkin saja ini sebuah keberuntungan. Aku tidak harus menunggu lama dan perutku akan terisi.
"Aku ingin ayamnya 8 dan burger original satu, sama soda ukuran besar. Take away," jawabku.
Kami tinggal menunggu selagi pesanan kami disiapkan. Saat telah siap, aku hendak membayar namun, sudah keduluan oleh Herry.
"Kali ini aku yang traktir," ujarnya senang.
Aku mengangguk, lalu berjalan keluar dari restoran itu.
"Mika!"
Aku menoleh dan mendapatkan Herry mengikutiku. "Ada apa?" tanyaku.
"Aku mencintaimu!" ujarnya dan setelah itu ia meninggalkanku yang masih bingung dengan perkataanya.
Mencintaiku?