Pagi hari, semua orang kembali pada rutinitas biasa. Begitu juga dengan Talita. Ada debar dalam d**a saat langkahnya ke luar dari halaman rumah. Tanpa sebab yang jelas, jantungnya terus memompa kencang. Waspada! Dia sampai celingukan, dan terus merasa benar-benar sangat ketakutan, semenjak Zain yang terus saja mengikuti ke mana pun ia berada. Takdir seakan memiliki magnet yang membuat Zain mengetahui keberadaannya. Beberapa saat kemudian, Talita menghentikan angkot yang membawanya ke tempat tujuan. Lalu memilih menggunakan angkot bukan hanya karena biaya yang bisa ditekan, tapi juga sekaligus memilih angkutan yang ramai, dan menutup kemungkinan Zain bisa melancarkan niat jahat untuk terus mengikutinya. "Kiri-kiri Pak, iya di depan pasar, Pak!" Talita berseru sembari mengetik bagian b