Rumah tahanan? Buat apa Om Dirga mengajakku ke tempat seperti ini? Dari tadi aku nanya terus, tapi dia cuma jawab dengan senyum misterius dan memintaku untuk ‘tunggu di mobil, Sayang.’ Menyebalkan sekali! Sekarang aku duduk sendirian di jok penumpang, memeluk tas kecilku. Dua bodyguard Om Dirga berdiri di luar mobil—badan besar, wajah datar, aura menyeramkan. Aku mau tanya pun rasanya lidah langsung beku. Seram banget! Aku menggeser duduk, mencoba mengintip lewat jendela. Om Dirga melangkah masuk ke gedung rumah tahanan ditemani satu petugas. Langkahnya cepat, tanpa ragu sama sekali. Aduh, ini kenapa sih? Jangan-jangan dia mau jemput seseorang? Tahanan? Siapa? Untuk apa? Tiba-tiba muncul pikiran-pikiran aneh—mulai dari dugaan yang masuk akal sampai yang paling absurd. Aku menggigit

