"Yuk, Sayang, kita lanjut perjalanan." "Gak mau nungguin mantan pacar? Katanya dia mau ngomong sesuatu yang penting, loh." Om Dirga mengernyit setelah membantuku memasang helm. Lalu, seperti biasa… senyum jahilnya muncul. "Katanya gak cemburu?" "Emang enggak!" "Terus kenapa nyindir-nyindir terus dari tadi, Sayang?" "Siapa yang nyindir? Aku cuma ngingetin. Siapa tahu Om Dirga penasaran sama apa yang mau dibilang Meisya." "Sayangku," dia mendekat sambil merapikan taliku, suaranya rendah, "wanita itu bukan mantan pacarku. Jadi gak ada yang perlu dibahas. Lagian, aku lagi ajak kamu jalan-jalan, bukan nostalgia masa lalu." "Oh—" Aku buru-buru naik ke motor, sedikit kikuk. Om Dirga refleks menahan motor supaya gak miring. "Senyumnya mana?" Dia belum naik. Masih berdiri di sebelahku s

