“Capek juga, ya, Mbak,” gumamku, menyeruput pelan teh yang baru ku seduh. “Untung Bu Sania puas sama hasil fotonya.” “Iya, Ra. Padahal aku manager keuangan loh—masih aja serabutan ngurus ini itu,” sahut Mbak Ayu sambil duduk di sebelahku. “Bu Sania masih trauma setelah menemukan kecurangan yang dilakukan para manajernya, Mbak. Makanya sekarang beliau jadi sulit percaya sama orang baru,” kataku pelan. Mbak Ayu mengangguk lalu menyesap kopinya. “Iya juga sih, Ra. Kasihan Bu Sania. Padahal selain baik, beliau itu juga royal banget sama para karyawannya.” “Namanya juga manusia, Mbak. Kadang memang suka kurang bersyukur,” balasku sambil menghela napas ringan.” “Tapi ada satu hal yang masih bikin aku penasaran,” ujar Mbak Ayu sambil menatap jalanan Jakarta lewat kaca besar di pantry. “Dari

